Kamis, 25 April 2013

KEANEKARAGAMAN FLORA TIPE AUSTRALIS DI INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Indonesia terletak pada garis 6° LU – 11° LS dan 95° BT – 141° BT. Dengan demikian, Indonesia terletak di daerah beriklim tropis dan dilewati oleh garis khatulistiwa. Letak ini menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Jenis-jenis dan persebaran flora dan fauna di Indonesia sendiri sangat terkait dengan sejarah terbentuknya daratan di Indonesia yang berawal pada zaman es. Pada masa itu, wilayah Indonesia barat (Dataran Sunda) masih menyatu dengan benua Asia. Sedangkan Indonesia Timur (Dataran Sahul) menyatu dengan benua Australia. 
Itulah yang menyebabkan keanekaragaman flora dan fauna di Indonesia Barat pada umumnya mirip dengan flora dan fauna di benua Asia. Begitu pula keanekaragaman flora dan fauna di Indonesia Timur mirip dengan flora dan fauna di benua Australia. Jadi, Indonesia pada masa itu menjadi jembatan penghubung persebaran flora dan fauna dari benua Asia dan dari benua Australia. 
Pada akhir zaman es, suhu permukaan bumi naik sehingga permukaan air laut juga naik yang menyebabkan Dataran Sunda terpisah dari benua Asia dan terpecah menjadi beberapa pulau yaitu pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan. Begitu pula dengan Dataran Sahul terpisah dari benua Australia dan terpecah menjadi beberapa pulau yaitu pulau Papua, dan pulau-pulau kecil Maluku. 
Seorang berkebangsaan Inggris, Wallace mengadakan penelitian mengenai penyebaran hewan bagian barat dengan hewan di Indonesia Timur. Batasnya dimulai dari selat Lombok sampai ke selat Makasar yang disebut Garis Wallace. Batas ini bersamaan pula dengan batas penyebaran flora dan fauna dari benua Asia ke Indonesia.
Di samping itu seorang peneliti berkebangsaan Jerman bernama Weber, berdasarkan penelitiannya tentang penyebaran fauna di Indonesia, menetapkan batas penyebaran hewan dari Australia ke Indonesia Timur yang dinamakan Garis Weber. 
Sedangkan daerah di antara dataran Sunda dan dataran Sahul oleh para ahli biografi daerah Wallace atau Daerah Peralihan, karena di daerah ini terdapat beberapa jenis hewan Asia dan Australia, jadi merupakan daerah transisi antara dataran Sunda dan dataran Sahul.
Dari latar belakang itulah kami akan membahas lebih jauh mengenai keanekaragaman Flora tipe australis yang ada di Indonesia.
B.   Rumusan Masalah

1.        Apakah yang dimaksud dengan flora?
2.       Berdasarkan apakah pembagian flora yang ada di Indonesia?
3.      Bagaimana ciri-ciri flora yang bertipe australis ?
4.       Apa saja contoh flora yang bertipe australis ?






















BAB.II
PEMBAHASAN
2.1    Definisi Flora
Flora berasal dari bahasa Latin yaitu Flora, dewi yang bunga Flora dapat merujuk kepada sekelompok tanaman, sebuah penyelidikan dari kelompok tanaman, serta bakteri. Flora adalah akar kata bunga, yang berarti menyangkut bunga. Fauna dapat merujuk pada kehidupan hewan atau binatang klasifikasi dari daerah tertentu, jangka waktu, atau lingkungan. Fauna juga berasal dari bahasa Latin. Dalam Mitologi Romawi Fauna adalah kakak dari Faunus, roh yang baik dari hutan dan dataran.
Flora dan fauna di suatu wilayah yang biasanya dijelaskan dalam istilah biologi untuk menyertakan genus dan spesies tanaman dan hewan hidup, pilihan mereka tumbuh berkembang biak atau kebiasaan, dan sambungan ke satu sama lain di lingkungan juga. Selain kelompok geografis, lingkungan juga akan membantu lebih lanjut klasifikasi flora dan fauna. Misalnya, air flora dan fauna di kawasan merujuk kepada tanaman dan hewan yang hidup di dalam air atau sekitar satu wilayah geografis.
2.2    Pembagian flora yang ada di Indonesia
Flora di kawasan Indonesia barat
Flora di Kawasan Indonesia timur
Jenis pohon meranti-merantian sangat banyak
Jenis meranti-merantian hanya sedikit
Terdapat berbagai jenis rotan
Tidak terdapat tumbuhan rotan
Tidak terdapat hutan kayu putih
Terdapat hutan kayu putih
Jenis tumbuhan matoa sedikit
Terdapat berbagai jenis tumbuhan matoa khususnya di Papua
Jenis tumbuhan sagu sedikit

Banyak terdapat jenis tumbuhan sagu


Berdasarkan pendekatan biogeografi kekayaan hayati Indonesia dibagi atas dua kelompok sebagai berikut :         
1) Indo Malayan     
Meliputi tanaman yang ada di kawasan Indonesia Barat, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Bali dengan karakteristik memiliki jenis meranti-merantian yang sangat banyak, terdapat berbagai jenis rotan, tidak memiliki hutan kayu putih, memiliki jenis tumbuhan matoa (pometia pinnata) yang sedikit, memiliki jenis tumbuhan sagu yang juga sedikit dan memiliki berbagai jenis nangka.
2) Indo Australian  
Terdapat di kawasan Indonesia Timur, yaitu : Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dengan karakteristik memiliki meranti-merantian yang sedikit, tidak memiliki rotan, terdapat hutan kayu putih, memiliki berbagai jenis tumbuhan matoa (khususnya di Papua), memiliki banyak tumbuhan sagu dan tidak terdapat jenis nangka.         
Peralihan keduanya ditandai dengan garis Wallace dan Lydekker
Persebaran flora di Indonesia jika dikaitkan dengan sejarah geologis kepulauan Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :  
1) Paparan Sunda atau wilayah Indonesia bagian barat .
Flora Dataran Sunda yang meliputi Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Bali. Flora di pulau-pulau tersebut berada di bawah pengaruh flora Asia karena ciri-cirinya mirip dengan ciri-ciri flora benua Asia , disebut juga flora Asiatis yang didominasi oleh jenis tumbuhan berhabitus pohon dari suku .
2) Flora Dataran Sahul yang meliputi Papua dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Flora di pulau-pulau tersebut berada di bawah pengaruh benua Australia, biasa disebut flora Australis yang didominasi oleh jenis-jenis tumbuhan berhabitus pohon dari suku Araucariaceae dan Myrtaceae         
3) Wilayah Peralihan atau wilayah Indonesia bagian tengah.
Flora Daerah Peralihan (Daerah Wallace) yang meliputi Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara yang berada di bawah pengaruh benua Asia dan Australia, yang mana jenis tumbuhan berhabitus pohonnya didominasi oleh jenis dari suku Araucariaceae, Myrtaceae, dan Verbenaceae.

Sebaran flora di Indonesia berdasarkan pembagian garis wallace dan garis weber adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1 Peta daerah Flora dan Fauna menurut Wallace dan Weber.

a. Flora Asiatis
Ciri ciri flora asiatis
  • Flora nya berupa hutan tropis dengan pohon meranti,kamper,keruing,dan mahoni
  • Antara wilayah asiatis dengan wilayah peralihan dibatasi oleh garis WALLACE
Flora Asiatis di batasi oleh garis wallace yang banyak terdapat di Indonesia bagian Barat seperti di Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali. Flora ini terdiri atas :  
Hutan bakau (mangrove) dan rawa gambut di bagian timur Sumatera,             Meranti, rotan, rawa gambut, rawa air tawar di bagian barat Sumatera.

b. Flora Australis    
Ciri ciri flora australis
  • Terletak di dangkalan sahul dan meliputi wilayah papua dan maluku
  • Flora australis juga merupakan hutan tropis dengan tumbuhan yang berbeda seperti nipah,sagu,dan merbau
  • Wilayah australis dan wilayah peralihan dibatasi oleh garis weber
Flora Australis dibatasi oleh garis Weber yang banyak terdapat di Indonesia bagian Timur seperti Papua dan pulau-pulau sekitarnya. Flora Australis terdiri atas :       
- Hutan hujan tropis yang berupa pepohonan tinggi dan lebat,            
- Hutan sagu dan nipah,      
- Hutan lumut pada dataran tinggi atau pegunungan.

c. Flora peralihan
Flora peralihan memilki ciri yang mirip dengan flora yang bertipe asiatisdan australis yang biasanya terdapat di  Sulawesi dan Kepulauan Nusa Tenggara yang berada di antara garis Wallace dan garis Weber.

2.3   Flora tipe Australis di Indonesia
Peta Persebaran Fauna Indonesia berdasarkan Garis Wallace dan Garis Weber
o Garis Wallace membatasi Fauna Asiatis dengan Fauna Peralihan
o Garis Weber membatasi Fauna Australis dengan Fauna Peralihan.

Indonesia luar biasa kaya akan flora dan fauna. Hal ini sebagian disebabkan oleh kenyataan bahwa negeri tersebut terbentang melingkupi tidak hanya satu melainkan dua kawasan geografi kehewanan (zoogeography) yang besar di dunia. Menurut istilah geologi, Indonesia bagian barat, dengan harimau, badak, dan gajahnya, sangat berkaitan dengan bagian-bagian Asia lain, sedangkan Indonesia bagian timur berkaitan dengan Australia.

Pulau Irian (yang mencakup Propinsi Irian Jaya) asalnya adalah semenanjung Australia bagian utara. Bagian tersebut naik ke atas permukaan laut ketika Australia bergeser ke utara ke arah Asia, yang dimulai kira-kira 45 juta tahun yang lalu. Kira-kira 25 juta tahun yang lalu, gerakan besar dalam kerak bumi memungkinkan membanjirnya lautan ke daratan, sehingga memisahkan Australia dari Irian. Sejak itu, hubungan daratan dengan Australia menjadi ber-antara (kadang ada kadang tidak).

Di sebelah barat Irian Jaya, lautnya selalu terlalu dalam untuk memungkinkan adanya kontak daratan yang terus menerus antara Irian dengan bagian lain di Indonesia. Hal ini berarti bahwa Irian pada dasarnya mempunyai fauna dan flora Australia. Di sini tidak ada harimau, badak, gajah dan fauna Asia lainnya meskipun beberapa jenis fauna Asia yang kecil, seperti tikus telah dapat menyeberang, mungkin dengan menumpang pada tumbuh-tumbuhan yang mengapung di laut.

Irian Jaya merupakan tempat bagi beberapa jenis hewan yang asalnya dari Australia. Jenis ini mencakup hewan monotrem seperti echidna (landak), hewan berkantung seperti kanguru dan kuskus, burung seperti kakatua dan burung paradiso, serta hewan melata seperti skink (sejenis kadal) dan penyu berleher di pinggir. Tumbuhan seperti lillipili, pohon eukaliptus dan banyak jenis lainnya, juga merupakan bukti adanya hubungan pada zaman dulu antara Australia dan Irian. Selain itu, ada lagi hubungan yang lebih mencolok. Nun di ketinggian pegunungan Irian Jaya tumbuhlah pohon-pohon yang sangat dekat kaitannya dengan pohon pinus jenis celery-top dan pinus jenis Huon di Tasmania. Pohon-pohon ini hanya hidup di tempat yang paling dingin dan basah. Pada waktu Australia mengering selama 15 juta tahun terakhir, jenis-jenis pohon ini menjadi punah dari daratan Australia, dan sekarang hanya hidup di pulau-pulau sebelah utaranya (Irian) dan sebelah selatannya (Tasmania).

Menurut sejarah, kekayaan Indonesia sebagian bergantung pada perdagangan tumbuhan yang asalnya dari Australia. Cengkih adalah putik bunga dari tumbuhan sejenis lillipili, yakni sejenis pohon yang banyak sekali dijumpai di Australia. Minyak kayu putih dibuat dari pohon paperbark, yakni sebuah jenis lain yang juga sama dengan yang ada di Australia, sedangkan burung cenderawasih atau burung paradiso juga hewan yang asalnya dari Australia, yang dulu pernah menjadi barang dagangan yang laris. Melihat nilainya tersebut, wajarlah jika gambar cengkih dan cenderawasih muncul dalam uang kertas rupiah 20.000-an.

Jenis-jenis fauna dan flora yang sama dengan Australia tidak hanya terbatas di Irian Jaya saja karena di seluruh Kepulauan Maluku, bahkan sampai ke Sulawesi, dijumpai juga jenis-jenis tersebut. Hal ini dulu disebabkan adanya suatu fenomena geologi yang disebut Sesar Sorong.

Sesar Sorong merupakan retakan besar dalam kerak bumi yang diberi nama sesuai dengan nama kota Sorong di Irian Jaya sebelah timur laut. Retakan ini terjadi dari timur ke barat di sepanjang Irian sebelah utara sejauh ratusan kilometer. Selama 40 juta tahun, retakan tersebut telah melepaskan potongan daratan yang luas dari New Guinea sebelah utara. Pulau-pulau yang tercipta melalui kejadian ini bergeser ke arah barat melintasi lautan ke arah Sulawesi.

Bagian-bagian timur Sulawesi (yakni kedua bentuk lengan bagian tengah pulau itu) berasal dari bagian-bagian Irian yang retak dan tergeser oleh Sesar Sorong tersebut. Bahkan hingga sekarang danau-danau di kawasan ini berisi ikan air tawar yang jenisnya sangat dekat dengan jenis di Australia, sedangkan ikan di danau-danau lain di Sulawesi asalnya dari Asia. Ada dua jenis kuskus di Sulawesi, dan burung maleo yang berbusut aneh, serta beberapa jenis hewan dan tumbuhan juga berasal-usul seperti ini. Semua jenis ini asalnya dari Australia-Irian, bertahan hidup jutaan tahun terpisah ketika tempat asalnya menjadi pulau-pulau yang secara perlahan-lahan bergeser ke arah barat menyeberangi Laut Maluku, dan akhirnya bertahan hidup melalui persaingan dengan fauna Asia di tempat lain di Sulawesi ketika pulaunya bertabrakan dengan bagian Sulawesi lainnya.

Salah satu tipe Flora yang ada di Indonesia berdasarkan pembagian garis Wallace dan garis Weber, yaitu flora bertipe Australis, karena tumbuhan flora yang ada disini memiliki ciri-ciri yang hampir sama atau bahkan sama persis dengan ciri-ciri tumbuhan yang ada di benua australia. Tumbuhan ini terdapat di Dangkalan Sahul meliputi wilayah Papua dan Maluku. Dan antara flota bertipe Australis dan peralihan dibatasi oleh garis weber.

Ø  Contoh Flora Autralis :

1.       Matoa
Matoa (Pometia pinnata) adalah tanaman khas Papua dan menjadi flora identitas Provinsi Papua Barat. Matoa termasuk ke dalam famili Sapindaceae. Pohon matoa dapat tumbuh tinggi dan memiliki kayu yang cukup keras. Tinggi pohon 50 m, akar papan tingginya mencapai 5 m, daun majemuk berseling, bersirip genap, tangkai daun panjang ± 1 m, anak daun 4 - 13 pasang bentuknya bundar memanjang dengan tepi yang bergerigi. Mahkota bunga agak berbulu pada bagian luar, kelopak bunga agak menyatu.
Buahnya berbentuk bulat melonjong seukuran telur puyuh atau buah pinang (keluarga Palem) dengan panjang 1,5-5 cm dan berdiameter 1-3 cm, kulit licin berwarna coklat kehitaman bila masak (kalau masih muda berwarna kuning kehijauan, ada juga yang menyebut hijau-kekuningan). Kulit ari putih bening melekat pada biji, manis dan harum.






Gambar 1.2 Pohon Matoa
Gambar 1.3 Buah Matoa
 
            Tanaman ini mudah diperbanyak/ dikembang biakkan melalui biji, dan cara lain seperti cangkok serta okulasi. Matoa tumbuh di daerah yang sejuk atau dengan kata lain lebih mudah tumbuh di pada ketinggian 900 - 1700 m dpl, topografi datar atau miring, meskipun dapat pula tumbuh di dataran rendah, dengan waktu berbunga bulan Juli - Agustus dan berbuah pada bulan November - Februari.
            Di Papua sendiri pohon matoa sebenarnya tumbuh secara liar di hutan-hutan. Ini adalah sejenis tumbuhan rambutan, atau dalam ilmu biologi disebut berasal dari keluarga rambutan-rambutanan (Sapindaceae). Sedangkan jenisnya dalam bahasa latin disebut pometia pinnata.     
 2.  Cendana
Cendana adalah tanaman hemiparasit artinya tanaman yang membutuhkan tanaman inang di sekitar tempat tumbuhnya.Makanan yang  diambil akar tanaman inang, akan dihisap oleh akar cendana untuk dijadikannya makanannya. Karena prasyarat inilah cendana sukar dikembangbiakkan atau dibudidayakan
Cendana  berasal dari Asia Tenggara, menyebar luas ke Hawaii, Australia dan kepulauan di lautan pasifik.tumbuhnya di daerah kering dan panas pada ketinggian 50 – 400 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia cendana banyak tumbuh di Nusa Tenggara dan Jawa Timur. Cendana termasuk tanaman langka dan berharga mahal.
Pohon cendana tingginya antara 12 – 15 meter dengan kulit yang kasar cokelat tua. Batang yang sudah tua berbau harum. Kayunya yang keras dan berbau harum ini dapat digunakan untuk membuat kerajinan tangan, seperti kipas dan patung.
Cendana berbunga sejak umur 10 tahun, dan berkembangbiak dengan biji. Setelah disemai dan tinggi mencapai 50 cm, cendana siap dipindah untuk ditanam di kebun. Secara natural, bijinya yang sudah masak dan jatuh ke tanah, akan tumbuh menjadi tanaman baru di sekitar induknya.
Adapun klasifikasi cendana adalah sebagai berikut :
Kerajaan        : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas              : Magnoliopsida
Ordo                : Santales
Famili             : Santalaceae
Genus              : Santalum
Gambar 1.4 pohon cendana
Spesies            :
3.      Eboni
Pohon Eboni(Dyospyroscelebica) dapat mencapai tinggi 40 m, diameter 100 cm, dengan tajuk berbentuk selindris sampai kerucut, percabangannya agak lateral dengan percabangan sangat kokoh. Sistem perakaran sangat dalam, luas dan intensif. Kulit luar bewarna hitam dan mengelupas kecil-keci sejalan dengan bertambahnya umur pohon. (Samingan, 1973; Tantra, 1980). Bunga berukuran kecil, buah berdaging dan merupakan makanan bagi satwa baik burung maupun mamalia (Oka, 2001).   
Gambar 1.5 pohon eboni
Diospyros celebica dapat tumbuh pada berbagai type tanah, mulai dari tanah berkapur, tanah liat sampai tanah berpasir atau berbatu pada ketinggian 25 m sampai 350 m dpl (Tantra, 1980). Pada hutan alam di Sulawesi jenis ini banyak ditemukan pada daerah yang memiliki curah hujan lebih dari 1500 mm
4.       Siwalan
Siwalan (juga dikenal dengan nama pohon lontar atau tal) adalah sejenis palma yang tumbuh di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Siwalan memiliki ciri-ciri daun-daun besar, terkumpul di ujung batang membentuk tajuk yang membulat. Helaian daun serupa kipas bundar, berdiameter hingga 1,5 m, bercangap sampai berbagi menjari; dengan taju anak daun selebar 5-7 cm, sisi bawahnya keputihan oleh karena lapisan lilin. Tangkai daun mencapai panjang 1 m, dengan pelepah yang lebar dan hitam di bagian atasnya; sisi tangkai dengan deretan duri yang berujung dua.
Karangan bunga dalam tongkol, 20-30 cm dengan tangkai sekitar 50 cm.[2]Buah-buah bergerombol dalam tandan, hingga sekitar 20 butir, bulat peluru berdiameter 7-20 cm, hitam kecoklatan kulitnya dan kuning daging buahnya bila tua. Berbiji tiga butir dengan tempurung yang tebal dan keras.
Memiiki Klasifikasi ilmiah sebagai berikut :
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Arecaceae (sin. Palmae)
Genus:
Gambar 1.6 pohon siwalan
Borassus




Gambar 1.7 Buah siwalan
           
Pohon ini terutama tumbuh di daerah-daerah kering. Di Indonesia, siwalan terutama tumbuh di bagian timur pulau Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.Siwalan dapat hidup hingga umur 100 tahun atau lebih, dan mulai berbuah pada usia sekitar 20 tahun.

5.       Akasia
Tumbuhan Akasia (Acacia mangium) menyebar alami di Queensland utara Australia , Papua New Guinea hingga propinsi Papua dan Maluku. Cepat tumbuh, pohon berumur pendek (30-50 tahun), tumbuhan ini beradaptasi terhadap tanah asam (pH 4.5-6.5) di dataran rendah tropis yang le mbab. Tidak toleran terhadap musim dingin dan naungan. Tumbuh baik pada tanah subur yang baik drainasenya tetapi tahan terhadap tanah yang tidak subur dan jelek drainasenya. Pohon muda mudah terbakar. Dapat menjadi gulma pada kondisi tertentu
Kalsifikasi ilmiah tanaman Akasia adalah sebagai berikut :
Gambar 1.8 Tumbuhan Akasia
Kerajaan        : Plantae
Divisi               : Spermatophyta
Kelas              : Magnoliopsida
Ordo                : Fabales
Famili             : Fabaceae (Mimosoideae)
Genus              : Acacia
Spesies            : Acacia mangium

Tanaman ini memiliki ciri-ciri pohon selalu hijau, tinggi hingga 30 m. Bebas ca- bang dapat lebih dari setengah tinggi pohon; kadang-kadang silindris pada batang bawah dan diameter jarang lebih dari 50 cm. Kulit kasar dan beralur, berwarna abu-abu atau coklat. Ranting kecil seperti sayap. Daun besar, panjangnya men- capai 25 cm, lebar 3-10 cm, hijau gelap dengan empat urat longitudinal (tiga pada A. auriculifor- mis); daun majemuk ketika bibit. Bunga berganda, putih atau kekuningan, dalam rangkaian yang panjangnya 10 cm, tunggal atau berpasangan di sudut daun pucuk.
6.       Nipah
Nipah atauNypa fruticans adalah salah satu pohon anggota famili Arecaceae (palem) yang umumnya tumbuh di di daerah rawa yang berair payau atau daerah pasang surut di dekat pantai. Pohon nipah tumbuh di lingkungan hutan bakau.
Batang nipah menjalar di tanah membentuk rimpang yang terendam oleh lumpur. Hanya daunnya yang muncul di atas tanah, sehingga nipah nampak seolah-olah tak berbatang. Akarnya serabut yang panjangnya bisa mencapai belasan meter.Dari rimpangnya tumbuh daun majemuk (seperti pada jenis palem lainnya) hingga setinggi 9 meter dengan tangkai daun sekitar 1-1,5 m. Daun nipah yang sudah muda berwarna kuning sedangkan yang tua berwarna hijau.
Bunga nipah majemuk muncul dari ketiak daun dengan bunga betina terkumpul di ujung membentuk bola dan bunga jantan tersusun dalam malai serupa untai, merah, jingga atau kuning pada cabang di bawahnya. Tandan bunga inilah yang dapat disadap untuk diambil niranya.
Buah nipah bulat telur dan gepeng dengan 2-3 rusuk, berwarna coklat kemerahan. Panjangnya sekitar 13 cm dengan lebar 11 cm. Buah berkelompok membentuk bola berdiameter sekitar 30 cm. Dalam satu tandan, dapat terdiri antara 30-50 butir buah.
Memiliki Klasifikasi ilmiah sebagai berikut:
 Kerajaan       : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
 Kelas             : Liliopsida
Ordo                : Arecales
 Famili                        : Arecaceae
Genus              : Nypa
Spesies            : Nypa fruticans

Gambar 1.9 Pohon Nipah
 




7.       Merbau
Merbau atau ipil adalah nama sejenis pohon penghasil kayu keras berkualitas tinggi anggota suku Fabaceae (Leguminosae). Karena kekerasannya, di wilayah Maluku dan Papua barat kayu ini juga dinamai kayu besi. Di Papua Nugini, kayu ini dikenal sebagai kwila.
Intsia bijuga (Leguminosae), yang dikenal dengan nama “kayu merbau” atau “kayu besi”, merupakan salah satu spesies tumbuhan kayu yang dicirikan oleh sifat kayunya yang keras dan tahan terhadap pelapukan yang disebabkan oleh rayap dan jamur.
Pohon merbau, termasuk suku Caesalpiniacea. Memiliki ciri-ciri Pohon berperawakan sedang hingga besar, dapat mencapai tinggi 50m, dengan batang bebas cabang sekitar 20m dan gemang hingga 160(-250) cm. Dengan banir (akar papan) yang tinggi dan tebal. Pepagan berwarna abu-abu terang atau coklat pucat, halus dengan bintil-bintil kecil lentisel, mengelupas serupa sisik bulat-bulat.Daun majemuk dengan 2 pasang anak daun, terkecuali daun-daun di ujung yang hanya memiliki sepasang anak daun.
Gambar 2.1. Pohon Merbau
Merbau terutama dimanfaatkan kayunya, yang biasa digunakan dalam konstruksi berat seperti balok-balok, tiang dan bantalan, di bangunan rumah maupun jembatan. Oleh karena kekuatan, keawetan dan penampilannya yang menarik, sekarang kayu merbau juga dimanfaatkan secara luas untuk pembuatan kusen, pintu dan jendela, lantai parket (parquet flooring), papan-papan dan panel, mebel, badan truk, ukiran dan lain-lain.
Bahan pewarna coklat dan kuning dapat diekstrak dari substansi berminyak yang dikandung oleh kayu dan pepagannya. Pepagan dan daun juga digunakan sebagai bahan obat tradisional. Pepagan yang mengelupas, ditumbuk dan dicampur dengan buah pinang yang tua, sebagai obat untuk menghentikan murus. Biji-bijinya dibembam dalam arang atau abu panas agar pecah kulitnya, lalu direndam dalam air garam selama 3-4 hari, sebelum direbus dan dimakan.
8.       Buah Merah  (Pandanus conoideus)
Gambar 2.1. Buah Merah

Buah Merah adalah sejenis buah tradisional dari Papua. Oleh masyarakat Wamena, Papua, buah ini disebut kuansu. Nama ilmiahnya Pandanus Conoideus Lam karena tanaman Buah Merah termasuk tanaman keluarga pandan-pandanan dengan pohon menyerupai pandanBuah ini banyak terdapat di Jayapura, Manokwari, Nabire, dan Wamena. dipakai untuk mengobati berbagai penyakit dan memperkuat daya tahan tubuh.
9.       Sagu
Saguatau disebut juga Rumbia dalam bahasa ilmiah disebut Metroxylon sago sedangkan dalam bahasa inggris disebut Sago Palm merupakan tanaman penghasil sagu. Jenis pinang-pinangan ini tumbuh merumpun dengan akar rimpang yang panjang dan bercabang yang menjulur di permukaan tanah. Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari Papua atau Maluku.
Memiliki Klasifikasi ilmiah sebagai berikut:
Kerajaan        : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas              : Liliopsida
Ordo                : Arecales
Famili             : Arecaceae
Genus              : Metroxylon

Spesies            : Metroxylon sagu

(Sinonim: Metroxylon rumphi; M. Squarrosum)

10.BALAM SUNTAI

Nama umum
Indonesia:
Balam sudu

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh
 Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Ebenales
 Famili:
Sapotaceae
Genus:
Palaquium
 Spesies: Palaquium sumatranum



Balam Suntai (Palaquium walsurifolium),balam suntai adalah salah satu jenis tanaman langka asli indonesia.tanaman langka ini memiliki kualitas kayu yang baik. kelas keawetan tanaman langka ini adalah kelas IV dan kekuatannya kelas II. maka tidaklah heran kalau tanaman langka ini banyak dicari orang.




11.BAYUR


Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Malvales
Famili:
Sterculiaceae
Genus:
Pterospermum
 Spesies: Pterospermum javanicum Jungh.

Kerabat Dekat
Bayur (Pterospermum sp). Tanaman langka indonesia ini memiliki nama daerah Balang, wadang, walang, wayu. bayur adalah jenis tanaman langka yang memiliki kualitas kayu bagus.



12.POHON ULIN

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
 Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
 Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
 Sub Kelas: Magnoliidae
 Ordo: Laurales
 Famili:
Lauraceae
Genus:
Eusideroxylon
 Spesies: Eusideroxylon zwagerii T. et B.


Pohon Ulin (Eusiderxylon zwageri). Tanaman langka ini juga dikenal dengan kayu besi. tanaman khas kalimantan ini memilki diameter 60-120 cm dan tinggi 20-30 m. tanaman langka ini adalah satu komoditas kayu yang paling laku karena kualitas kayu nya


13.CENDANA


Klasifikasi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
 Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
 Sub Kelas: Rosidae
 Ordo: Santales
Famili:
Santalaceae
 Genus:
Santalum
 Spesies: Santalum album L.
Cendana (Santalum album).

 Cendana atau cendana wangi, merupakan tanaman langka penghasil kayu cendana dan minyak cendana. Kayunya digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aroma terapi, campuran parfum, serta sangkur keris (warangka). Cendana adalah tumbuhan parasit pada awal kehidupannya. Kecambahnya memerlukan pohon inang untuk mendukung pertumbuhannya, karena perakarannya sendiri tidak sanggup mendukung kehidupannya. Karena prasyarat inilah cendana sukar dikembangbiakkan atau dibudidayakan. Kayu cendana wangi (Santalum album) kini sangat langka dan harganya sangat mahal. Kayu cendana dianggap sebagai obat alternatif untuk membawa orang lebih dekat kepada Tuhan. Minyak dasar kayu cendana, yang sangat mahal dalam bentuknya yang murni, digunakan terutama untuk penyembuhan cara Ayurveda, dan untuk menghilangkan rasa cemas.



14.DAMAR



Klasifikasi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
 Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
 Divisi: Coniferophyta
 Kelas: Pinopsida
 Ordo: Pinales
famili:
Araucariaceae
 Genus:
Agathis
 Spesies: Agathis dammara (Lamb.) Rich.

Damar, Kopal Keruling (Agathis labillardieri). Tanaman langka ini berasal dari papua. Damar adalah salah satu jenis pohon potensial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tanaman langka ini tingginya bisa mencapai 60 m dan dimeternya 2 m.


15.Raflesia Arnoldi

Klasifikasi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
 Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
 Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
 Sub Kelas: Rosidae
 Ordo: Rafflesiales
 Famili:
Rafflesiaceae
Genus:
Rafflesia
 Spesies: Rafflesia arnoldii R. Br.

Bunga Rafflesia hidup di Tama Nasional Bengkulu, mempunyai ukuran dengan diameter bunga yang hampir mencapai 1 meter. Bunga ini terkenal dengan sebutan bunga bangkai karena mengeluarkan bau busuk yang menyengat. Bau busuk yang dikeluarkan oleh bunga digunakan untuk menarik lalat yang hinggap dan membantu penyerbukan. Raflesia Arnoldi merupakan tumbuhan parasit yang memerlukan inang untuk hidupnya. Saat ini kondisi habitat Raflesia Arnoldi sangat memprihatinkan sehingga jumlahnya menurun drastis dari tahun ke tahun. Menyusutnya habitat bunga tersebut di antaranya disebabkan kegiatan manusia seperti pembukaan wilayah hutan baik untuk kegiatan pertambangan, pertanian.

16.ENAU


Klasifikasi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
 Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
 Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
 Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Arecidae
Ordo: Arecales
 Famili:
Arecaceae (suku pinang-pinangan)
 Genus:
Arenga
 Spesies: Arenga pinnata Merr

Enau (Arenga pinnata). Enau atau aren (Arenga pinnata, suku Arecaceae) adalah palma yang terpenting setelah kelapa (nyiur) karena merupakan tanaman serba guna. Palma yang besar dan tinggi, dapat mencapai 25 m. Berdiameter hingga 65 cm, batang pokoknya kukuh dan pada bagian atas diselimuti oleh serabut berwarna hitam yang dikenal sebagai ijuk, injuk, juk atau duk. Ijuk sebenarnya adalah bagian dari pelepah daun yang menyelubungi batang. Pohon enau menghasilkan banyak hal, yang menjadikannya populer sebagai tanaman yang serbaguna, terutama sebagai penghasil gula.

17.MIMBA


Klasifikasi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
 Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
 Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
 Sub Kelas: Rosidae
 Ordo: Sapindales
 Famili:
Meliaceae
 Genus:
Azadirachta
 Spesies: Azadirachta indica A.Juss

Mimba (Azadirachta indica). Tanaman langka ini mempunyai nama lain Mimbo atau Mimba. Tanaman langka ini merupakan pohon yang tinggi (Arbor) batangnya dapat mencapai 20 m bahkan lebih. Kulit batangnya tebal, batang agak kasar, daun menyirip genap, dan berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan runcing, sedangkan buahnya merupakan buah batu dengan panjang 1 cm. Buah mimba dihasilkan dalam satu sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging buahnya berwarna kuning, biji ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya melekat kulit buah berwarna putih. Tanaman ini bisa digunakan sebagai pestisida nabati. Karena daun mimba mengandung senyawa-senyawa yang dapat mengendalikan hama tanaman, diantaranya adalah sitosterol, hyperoside, nimbolide, quercetin, quercitrin, rutin, azadirachtin, dan nimbine.

18.TEMBESU


Klasifikasi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
 Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
 Sub Kelas: Asteridae
ordo: Gentianales
Famili:
Loganiaceae
Genus:
Fragraea
Spesies: Fragraea fragrans Roxb.

Tembesu (Fagraea fragrans) termasuk kedalam famili Loganiaceae. Daerah penyebarannya Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa Barat, Maluku, dan Irian Jaya. Tempat tumbuh pada tanah datar dan sarang atau tempat yang tidak becek, tanah liat berpasir, dengan type curah hujan A sampai B pada ketinggian 0–500 dpl.
Tinggi pohon tembesu mencapai 40 m, dengan panjang batang bebas cabang sampai 25 m, diameter 80 cm atau lebih, dengan batang tegak dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna coklat sampai hitam, beralur dangkal dan sedikit mengelupas. Kayunya keras berwarna kuning emas tua atau coklat jingga, dan termasuk ke dalam kelas awet satu.

19.JELUTUNG

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Gentianales
Famili:
Apocynaceae
Genus:
Dyera
Spesies: Dyera costulata Hook. f.
Jelutung atau jelutong (Dyera costulata, syn. D. laxiflora) adalah spesies pohon dari subfamilia oleander. Pohon ini dapat tumbuh hingga 60 meter dengan diameter sebesar 2 meter. Pohon ini tumbuh di semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatra dan bagian selatan Thailand.

20.Kawoli (Alloxylon brachycarpum)


Alloxylon adalah genus dari 5 spesies dari suku Proteaceae, yang kebanyakan berupa pohon-pohon kecil. Tumbuhan ini berasal dari Papua nugini sampai Australia. Genus ini termasuk baru dan adalah pecahan dari Oreocallis. Nama Alloxylon berasal dari bahasa yunani kuno. Allo yang berarti lain dan xylon yang artinya kayu. Pohon ini mirip dengan Telopea, yang masih dalam kerabat dekat dengan tanaman ini. Menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) spesies Alloxylon brachycarpum yang endemis di Indonesia dianggap terancam hampir punah.

21. bintangur (Calophyllum insularum)
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
ordo: Theales
Famili: Clusiaceae
Genus: Calophyllum
Spesies: Calophyllum inophyllum L.
Bintangur Calophyllum inophyllum L. Nama umum Indonesia: Bintangur, nyamplung, kapur naga, penaga, mentangur, bunut Inggris: Indian laurel Pilipina: Palo maria Bintangur . Pokok Bintangor tumbuh sehingga 20 meter (65 kaki). Ciri-ciri fizikalnya yang lain adalah seperti berikut:
22.Nothofagus
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus: Pongamia
Spesies: Pongamia pinnata (L.) Pierre

Blume Nothofagus, juga dikenal sebagai beech selatan, adalah genus dari sekitar 35 spesies pohon dan semak yang berasal dari daerah oseania sejuk hingga daerah tropis belahan bumi selatan di bagian selatan Amerika Selatan (Chili, Argentina) dan Australasia (bagian timur & tenggara Australia, Tasmania, Selandia Baru, Irian and New Caledonia). Fosil baru-baru ini ditemukan di Antarktika.
Dulu mereka ditempatkan pada famili Fagaceae, namun tes genetik oleh Angiosperm Phylogeny Group mengungkapkan bahwa mereka berbeda secara genetik, dan mereka sekarang dimasukkan dalam famili mereka sendiri.
Tepi Daunnya bergerigi atau rata, selalu berdaun atau gugur. Buahnya berupa kacang kecil, memipih atau segitiga, terbungkus dalam kupula yang terdiri dari 2-7 kacang.
Spesies Nothofagus digunakan sebagai makanan oleh larva ngengat Hepialidae dari genus Aenetus termasuk A. eximia dan A. virescens.
Banyak individu sangat tua, dan pada suatu waktu dipercaya bahwa beberapa populasi tidak dapat berkembangbiak di lokasi tempat mereka tumbuh, kecuali dengan membentuk anakan (reproduksi klonal), menjadi hutan sisa dari masa yang lebih sejuk. telah ditunjukkan bahwa reproduksi seksual dapat terjadi, tetapi penyebaran di lingkungan di tempat tinggi yang sejuk dan terpencil di garis lintang temperate dan tropis konsisten dengan teori bahwa spesies ini lebih kuat pada masa yang sejuk.
23.kantong semar

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Nepenthales
Famili: Nepenthaceae
Genus: Nepenthes
Spesies: Nepenthes alata
Genus Nepenthes (Kantong semar, bahasa Inggris: Tropical pitcher plant), yang termasuk dalam familia monotipik, terdiri dari 130 spesies dan belum termasuk hibrida alami maupun buatan. Genus ini merupakan tumbuhan karnivora di kawasan tropis Dunia Lama, kini meliputi negara Indonesia , Republik Rakyat Cina bagian selatan, Indochina, Malaysia, Filipina, Madagaskar bagian barat, Seychelles, Kaledonia Baru, India, Sri Lanka, dan Australia. Habitat dengan spesies terbanyak ialah di pulau Borneo dan Sumatra.
Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 15-20 m dengan cara memanjat tanaman lainnya, walaupun ada beberapa spesies yang tidak memanjat. Pada ujung daun terdapat sulur yang dapat termodifikasi membentuk kantong, yaitu alat perangkap yang digunakan untuk memakan mangsanya (misalnya serangga, pacet, anak kodok) yang masuk ke dalam.