BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia
terletak pada garis 6° LU – 11° LS dan 95° BT – 141° BT. Dengan demikian,
Indonesia terletak di daerah beriklim tropis dan dilewati oleh garis
khatulistiwa. Letak ini menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati
yang tinggi. Jenis-jenis dan
persebaran flora dan fauna di Indonesia sendiri sangat terkait dengan sejarah
terbentuknya daratan di Indonesia yang berawal pada zaman es. Pada masa itu,
wilayah Indonesia barat (Dataran Sunda) masih menyatu dengan benua Asia.
Sedangkan Indonesia Timur (Dataran Sahul) menyatu dengan benua Australia.
Itulah yang menyebabkan keanekaragaman flora dan fauna di
Indonesia Barat pada umumnya mirip dengan flora dan fauna di benua Asia. Begitu
pula keanekaragaman flora dan fauna di Indonesia Timur mirip dengan flora dan
fauna di benua Australia. Jadi, Indonesia pada masa itu menjadi jembatan
penghubung persebaran flora dan fauna dari benua Asia dan dari benua
Australia.
Pada akhir zaman es, suhu permukaan bumi naik sehingga permukaan
air laut juga naik yang menyebabkan Dataran Sunda terpisah dari benua Asia dan
terpecah menjadi beberapa pulau yaitu pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan. Begitu
pula dengan Dataran Sahul terpisah dari benua Australia dan terpecah menjadi
beberapa pulau yaitu pulau Papua, dan pulau-pulau kecil Maluku.
Seorang berkebangsaan Inggris, Wallace mengadakan penelitian
mengenai penyebaran hewan bagian barat dengan hewan di Indonesia Timur.
Batasnya dimulai dari selat Lombok sampai ke selat Makasar yang disebut Garis
Wallace. Batas ini bersamaan pula dengan batas penyebaran flora dan fauna dari
benua Asia ke Indonesia.
Di samping itu seorang peneliti berkebangsaan Jerman bernama
Weber, berdasarkan penelitiannya tentang penyebaran fauna di Indonesia,
menetapkan batas penyebaran hewan dari Australia ke Indonesia Timur yang
dinamakan Garis Weber.
Sedangkan daerah di antara dataran Sunda dan dataran Sahul oleh
para ahli biografi daerah Wallace atau Daerah Peralihan, karena di daerah ini
terdapat beberapa jenis hewan Asia dan Australia, jadi merupakan daerah
transisi antara dataran Sunda dan dataran Sahul.
Dari latar belakang itulah kami akan membahas lebih jauh
mengenai keanekaragaman Flora tipe australis yang ada di Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah
yang dimaksud dengan flora?
2. Berdasarkan apakah pembagian flora yang ada di
Indonesia?
3. Bagaimana ciri-ciri flora yang bertipe
australis ?
4. Apa saja contoh flora yang bertipe australis ?
BAB.II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Flora
Flora berasal dari bahasa Latin yaitu Flora, dewi yang bunga
Flora dapat merujuk kepada sekelompok tanaman, sebuah penyelidikan dari
kelompok tanaman, serta bakteri. Flora adalah akar kata bunga, yang berarti
menyangkut bunga. Fauna dapat merujuk pada kehidupan hewan atau binatang klasifikasi
dari daerah tertentu, jangka waktu, atau lingkungan. Fauna juga berasal dari
bahasa Latin. Dalam Mitologi Romawi Fauna adalah kakak dari Faunus, roh yang
baik dari hutan dan dataran.
Flora dan fauna di suatu wilayah yang biasanya dijelaskan dalam
istilah biologi untuk menyertakan genus dan spesies tanaman dan hewan hidup,
pilihan mereka tumbuh berkembang biak atau kebiasaan, dan sambungan ke satu
sama lain di lingkungan juga. Selain kelompok geografis, lingkungan juga akan
membantu lebih lanjut klasifikasi flora dan fauna. Misalnya, air flora dan
fauna di kawasan merujuk kepada tanaman dan hewan yang hidup di dalam air atau
sekitar satu wilayah geografis.
2.2 Pembagian flora yang ada di Indonesia
Flora di kawasan Indonesia barat
|
Flora di Kawasan
Indonesia timur
|
Jenis pohon
meranti-merantian sangat banyak
|
Jenis
meranti-merantian hanya sedikit
|
Terdapat berbagai
jenis rotan
|
Tidak terdapat
tumbuhan rotan
|
Tidak terdapat hutan
kayu putih
|
Terdapat hutan kayu
putih
|
Jenis tumbuhan matoa
sedikit
|
Terdapat berbagai
jenis tumbuhan matoa khususnya di Papua
|
Jenis tumbuhan sagu
sedikit
|
Banyak terdapat
jenis tumbuhan sagu
|
Berdasarkan pendekatan biogeografi kekayaan hayati Indonesia
dibagi atas dua kelompok sebagai berikut :
1) Indo Malayan
Meliputi tanaman yang ada di kawasan Indonesia Barat, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Bali dengan karakteristik memiliki jenis meranti-merantian yang sangat banyak, terdapat berbagai jenis rotan, tidak memiliki hutan kayu putih, memiliki jenis tumbuhan matoa (pometia pinnata) yang sedikit, memiliki jenis tumbuhan sagu yang juga sedikit dan memiliki berbagai jenis nangka.
2) Indo Australian
Terdapat di kawasan Indonesia Timur, yaitu : Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dengan karakteristik memiliki meranti-merantian yang sedikit, tidak memiliki rotan, terdapat hutan kayu putih, memiliki berbagai jenis tumbuhan matoa (khususnya di Papua), memiliki banyak tumbuhan sagu dan tidak terdapat jenis nangka.
Peralihan keduanya ditandai dengan garis Wallace dan Lydekker
Persebaran flora di Indonesia jika dikaitkan dengan sejarah geologis kepulauan Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1) Paparan Sunda atau wilayah Indonesia bagian barat . Flora Dataran Sunda yang meliputi Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Bali. Flora di pulau-pulau tersebut berada di bawah pengaruh flora Asia karena ciri-cirinya mirip dengan ciri-ciri flora benua Asia , disebut juga flora Asiatis yang didominasi oleh jenis tumbuhan berhabitus pohon dari suku .
1) Indo Malayan
Meliputi tanaman yang ada di kawasan Indonesia Barat, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Bali dengan karakteristik memiliki jenis meranti-merantian yang sangat banyak, terdapat berbagai jenis rotan, tidak memiliki hutan kayu putih, memiliki jenis tumbuhan matoa (pometia pinnata) yang sedikit, memiliki jenis tumbuhan sagu yang juga sedikit dan memiliki berbagai jenis nangka.
2) Indo Australian
Terdapat di kawasan Indonesia Timur, yaitu : Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dengan karakteristik memiliki meranti-merantian yang sedikit, tidak memiliki rotan, terdapat hutan kayu putih, memiliki berbagai jenis tumbuhan matoa (khususnya di Papua), memiliki banyak tumbuhan sagu dan tidak terdapat jenis nangka.
Peralihan keduanya ditandai dengan garis Wallace dan Lydekker
Persebaran flora di Indonesia jika dikaitkan dengan sejarah geologis kepulauan Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1) Paparan Sunda atau wilayah Indonesia bagian barat . Flora Dataran Sunda yang meliputi Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Bali. Flora di pulau-pulau tersebut berada di bawah pengaruh flora Asia karena ciri-cirinya mirip dengan ciri-ciri flora benua Asia , disebut juga flora Asiatis yang didominasi oleh jenis tumbuhan berhabitus pohon dari suku .
2) Flora Dataran Sahul yang meliputi Papua dan
pulau-pulau kecil di sekitarnya. Flora di pulau-pulau tersebut berada di bawah
pengaruh benua Australia, biasa disebut flora Australis yang didominasi oleh
jenis-jenis tumbuhan berhabitus pohon dari suku Araucariaceae dan Myrtaceae
3) Wilayah Peralihan atau wilayah Indonesia bagian tengah. Flora Daerah Peralihan (Daerah Wallace) yang meliputi Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara yang berada di bawah pengaruh benua Asia dan Australia, yang mana jenis tumbuhan berhabitus pohonnya didominasi oleh jenis dari suku Araucariaceae, Myrtaceae, dan Verbenaceae.
3) Wilayah Peralihan atau wilayah Indonesia bagian tengah. Flora Daerah Peralihan (Daerah Wallace) yang meliputi Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara yang berada di bawah pengaruh benua Asia dan Australia, yang mana jenis tumbuhan berhabitus pohonnya didominasi oleh jenis dari suku Araucariaceae, Myrtaceae, dan Verbenaceae.
Sebaran flora di Indonesia berdasarkan pembagian garis wallace dan garis weber adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1 Peta daerah Flora dan Fauna menurut
Wallace dan Weber.
a. Flora Asiatis
Ciri ciri flora asiatis
- Flora nya berupa hutan tropis dengan pohon meranti,kamper,keruing,dan mahoni
- Antara wilayah asiatis dengan wilayah peralihan dibatasi oleh garis WALLACE
Flora Asiatis di batasi oleh garis
wallace yang banyak terdapat di Indonesia bagian Barat seperti di Pulau
Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali. Flora ini terdiri atas :
Hutan bakau (mangrove) dan rawa gambut di bagian timur Sumatera, Meranti, rotan, rawa gambut, rawa air tawar di bagian barat Sumatera.
Hutan bakau (mangrove) dan rawa gambut di bagian timur Sumatera, Meranti, rotan, rawa gambut, rawa air tawar di bagian barat Sumatera.
b. Flora Australis
Ciri ciri flora australis
- Terletak di dangkalan sahul dan meliputi wilayah papua dan maluku
- Flora australis juga merupakan hutan tropis dengan tumbuhan yang berbeda seperti nipah,sagu,dan merbau
- Wilayah australis dan wilayah peralihan dibatasi oleh garis weber
Flora Australis dibatasi oleh garis
Weber yang banyak terdapat di Indonesia bagian Timur seperti Papua dan
pulau-pulau sekitarnya. Flora Australis terdiri atas :
- Hutan hujan tropis yang berupa pepohonan tinggi dan lebat,
- Hutan sagu dan nipah,
- Hutan lumut pada dataran tinggi atau pegunungan.
- Hutan hujan tropis yang berupa pepohonan tinggi dan lebat,
- Hutan sagu dan nipah,
- Hutan lumut pada dataran tinggi atau pegunungan.
c. Flora
peralihan
Flora
peralihan memilki ciri yang mirip dengan flora yang bertipe asiatisdan
australis yang biasanya terdapat di
Sulawesi dan Kepulauan Nusa Tenggara yang berada di antara garis Wallace
dan garis Weber.
2.3
Flora
tipe Australis di Indonesia
Peta Persebaran Fauna Indonesia
berdasarkan Garis Wallace dan Garis Weber
o Garis Wallace membatasi Fauna Asiatis dengan Fauna Peralihan
o Garis Weber membatasi Fauna Australis dengan Fauna Peralihan.
Indonesia luar biasa kaya akan flora dan fauna. Hal ini sebagian disebabkan oleh kenyataan bahwa negeri tersebut terbentang melingkupi tidak hanya satu melainkan dua kawasan geografi kehewanan (zoogeography) yang besar di dunia. Menurut istilah geologi, Indonesia bagian barat, dengan harimau, badak, dan gajahnya, sangat berkaitan dengan bagian-bagian Asia lain, sedangkan Indonesia bagian timur berkaitan dengan Australia.
Pulau Irian (yang mencakup Propinsi Irian Jaya) asalnya adalah semenanjung Australia bagian utara. Bagian tersebut naik ke atas permukaan laut ketika Australia bergeser ke utara ke arah Asia, yang dimulai kira-kira 45 juta tahun yang lalu. Kira-kira 25 juta tahun yang lalu, gerakan besar dalam kerak bumi memungkinkan membanjirnya lautan ke daratan, sehingga memisahkan Australia dari Irian. Sejak itu, hubungan daratan dengan Australia menjadi ber-antara (kadang ada kadang tidak).
Di sebelah barat Irian Jaya, lautnya selalu terlalu dalam untuk memungkinkan adanya kontak daratan yang terus menerus antara Irian dengan bagian lain di Indonesia. Hal ini berarti bahwa Irian pada dasarnya mempunyai fauna dan flora Australia. Di sini tidak ada harimau, badak, gajah dan fauna Asia lainnya meskipun beberapa jenis fauna Asia yang kecil, seperti tikus telah dapat menyeberang, mungkin dengan menumpang pada tumbuh-tumbuhan yang mengapung di laut.
Irian Jaya merupakan tempat bagi beberapa jenis hewan yang asalnya dari Australia. Jenis ini mencakup hewan monotrem seperti echidna (landak), hewan berkantung seperti kanguru dan kuskus, burung seperti kakatua dan burung paradiso, serta hewan melata seperti skink (sejenis kadal) dan penyu berleher di pinggir. Tumbuhan seperti lillipili, pohon eukaliptus dan banyak jenis lainnya, juga merupakan bukti adanya hubungan pada zaman dulu antara Australia dan Irian. Selain itu, ada lagi hubungan yang lebih mencolok. Nun di ketinggian pegunungan Irian Jaya tumbuhlah pohon-pohon yang sangat dekat kaitannya dengan pohon pinus jenis celery-top dan pinus jenis Huon di Tasmania. Pohon-pohon ini hanya hidup di tempat yang paling dingin dan basah. Pada waktu Australia mengering selama 15 juta tahun terakhir, jenis-jenis pohon ini menjadi punah dari daratan Australia, dan sekarang hanya hidup di pulau-pulau sebelah utaranya (Irian) dan sebelah selatannya (Tasmania).
Menurut sejarah, kekayaan Indonesia sebagian bergantung pada perdagangan tumbuhan yang asalnya dari Australia. Cengkih adalah putik bunga dari tumbuhan sejenis lillipili, yakni sejenis pohon yang banyak sekali dijumpai di Australia. Minyak kayu putih dibuat dari pohon paperbark, yakni sebuah jenis lain yang juga sama dengan yang ada di Australia, sedangkan burung cenderawasih atau burung paradiso juga hewan yang asalnya dari Australia, yang dulu pernah menjadi barang dagangan yang laris. Melihat nilainya tersebut, wajarlah jika gambar cengkih dan cenderawasih muncul dalam uang kertas rupiah 20.000-an.
Jenis-jenis fauna dan flora yang sama dengan Australia tidak hanya terbatas di Irian Jaya saja karena di seluruh Kepulauan Maluku, bahkan sampai ke Sulawesi, dijumpai juga jenis-jenis tersebut. Hal ini dulu disebabkan adanya suatu fenomena geologi yang disebut Sesar Sorong.
Sesar Sorong merupakan retakan besar dalam kerak bumi yang diberi nama sesuai dengan nama kota Sorong di Irian Jaya sebelah timur laut. Retakan ini terjadi dari timur ke barat di sepanjang Irian sebelah utara sejauh ratusan kilometer. Selama 40 juta tahun, retakan tersebut telah melepaskan potongan daratan yang luas dari New Guinea sebelah utara. Pulau-pulau yang tercipta melalui kejadian ini bergeser ke arah barat melintasi lautan ke arah Sulawesi.
Bagian-bagian timur Sulawesi (yakni kedua bentuk lengan bagian tengah pulau itu) berasal dari bagian-bagian Irian yang retak dan tergeser oleh Sesar Sorong tersebut. Bahkan hingga sekarang danau-danau di kawasan ini berisi ikan air tawar yang jenisnya sangat dekat dengan jenis di Australia, sedangkan ikan di danau-danau lain di Sulawesi asalnya dari Asia. Ada dua jenis kuskus di Sulawesi, dan burung maleo yang berbusut aneh, serta beberapa jenis hewan dan tumbuhan juga berasal-usul seperti ini. Semua jenis ini asalnya dari Australia-Irian, bertahan hidup jutaan tahun terpisah ketika tempat asalnya menjadi pulau-pulau yang secara perlahan-lahan bergeser ke arah barat menyeberangi Laut Maluku, dan akhirnya bertahan hidup melalui persaingan dengan fauna Asia di tempat lain di Sulawesi ketika pulaunya bertabrakan dengan bagian Sulawesi lainnya.
Salah satu tipe Flora yang ada di Indonesia berdasarkan pembagian garis Wallace dan garis Weber, yaitu flora bertipe Australis, karena tumbuhan flora yang ada disini memiliki ciri-ciri yang hampir sama atau bahkan sama persis dengan ciri-ciri tumbuhan yang ada di benua australia. Tumbuhan ini terdapat di Dangkalan Sahul meliputi wilayah Papua dan Maluku. Dan antara flota bertipe Australis dan peralihan dibatasi oleh garis weber.
o Garis Wallace membatasi Fauna Asiatis dengan Fauna Peralihan
o Garis Weber membatasi Fauna Australis dengan Fauna Peralihan.
Indonesia luar biasa kaya akan flora dan fauna. Hal ini sebagian disebabkan oleh kenyataan bahwa negeri tersebut terbentang melingkupi tidak hanya satu melainkan dua kawasan geografi kehewanan (zoogeography) yang besar di dunia. Menurut istilah geologi, Indonesia bagian barat, dengan harimau, badak, dan gajahnya, sangat berkaitan dengan bagian-bagian Asia lain, sedangkan Indonesia bagian timur berkaitan dengan Australia.
Pulau Irian (yang mencakup Propinsi Irian Jaya) asalnya adalah semenanjung Australia bagian utara. Bagian tersebut naik ke atas permukaan laut ketika Australia bergeser ke utara ke arah Asia, yang dimulai kira-kira 45 juta tahun yang lalu. Kira-kira 25 juta tahun yang lalu, gerakan besar dalam kerak bumi memungkinkan membanjirnya lautan ke daratan, sehingga memisahkan Australia dari Irian. Sejak itu, hubungan daratan dengan Australia menjadi ber-antara (kadang ada kadang tidak).
Di sebelah barat Irian Jaya, lautnya selalu terlalu dalam untuk memungkinkan adanya kontak daratan yang terus menerus antara Irian dengan bagian lain di Indonesia. Hal ini berarti bahwa Irian pada dasarnya mempunyai fauna dan flora Australia. Di sini tidak ada harimau, badak, gajah dan fauna Asia lainnya meskipun beberapa jenis fauna Asia yang kecil, seperti tikus telah dapat menyeberang, mungkin dengan menumpang pada tumbuh-tumbuhan yang mengapung di laut.
Irian Jaya merupakan tempat bagi beberapa jenis hewan yang asalnya dari Australia. Jenis ini mencakup hewan monotrem seperti echidna (landak), hewan berkantung seperti kanguru dan kuskus, burung seperti kakatua dan burung paradiso, serta hewan melata seperti skink (sejenis kadal) dan penyu berleher di pinggir. Tumbuhan seperti lillipili, pohon eukaliptus dan banyak jenis lainnya, juga merupakan bukti adanya hubungan pada zaman dulu antara Australia dan Irian. Selain itu, ada lagi hubungan yang lebih mencolok. Nun di ketinggian pegunungan Irian Jaya tumbuhlah pohon-pohon yang sangat dekat kaitannya dengan pohon pinus jenis celery-top dan pinus jenis Huon di Tasmania. Pohon-pohon ini hanya hidup di tempat yang paling dingin dan basah. Pada waktu Australia mengering selama 15 juta tahun terakhir, jenis-jenis pohon ini menjadi punah dari daratan Australia, dan sekarang hanya hidup di pulau-pulau sebelah utaranya (Irian) dan sebelah selatannya (Tasmania).
Menurut sejarah, kekayaan Indonesia sebagian bergantung pada perdagangan tumbuhan yang asalnya dari Australia. Cengkih adalah putik bunga dari tumbuhan sejenis lillipili, yakni sejenis pohon yang banyak sekali dijumpai di Australia. Minyak kayu putih dibuat dari pohon paperbark, yakni sebuah jenis lain yang juga sama dengan yang ada di Australia, sedangkan burung cenderawasih atau burung paradiso juga hewan yang asalnya dari Australia, yang dulu pernah menjadi barang dagangan yang laris. Melihat nilainya tersebut, wajarlah jika gambar cengkih dan cenderawasih muncul dalam uang kertas rupiah 20.000-an.
Jenis-jenis fauna dan flora yang sama dengan Australia tidak hanya terbatas di Irian Jaya saja karena di seluruh Kepulauan Maluku, bahkan sampai ke Sulawesi, dijumpai juga jenis-jenis tersebut. Hal ini dulu disebabkan adanya suatu fenomena geologi yang disebut Sesar Sorong.
Sesar Sorong merupakan retakan besar dalam kerak bumi yang diberi nama sesuai dengan nama kota Sorong di Irian Jaya sebelah timur laut. Retakan ini terjadi dari timur ke barat di sepanjang Irian sebelah utara sejauh ratusan kilometer. Selama 40 juta tahun, retakan tersebut telah melepaskan potongan daratan yang luas dari New Guinea sebelah utara. Pulau-pulau yang tercipta melalui kejadian ini bergeser ke arah barat melintasi lautan ke arah Sulawesi.
Bagian-bagian timur Sulawesi (yakni kedua bentuk lengan bagian tengah pulau itu) berasal dari bagian-bagian Irian yang retak dan tergeser oleh Sesar Sorong tersebut. Bahkan hingga sekarang danau-danau di kawasan ini berisi ikan air tawar yang jenisnya sangat dekat dengan jenis di Australia, sedangkan ikan di danau-danau lain di Sulawesi asalnya dari Asia. Ada dua jenis kuskus di Sulawesi, dan burung maleo yang berbusut aneh, serta beberapa jenis hewan dan tumbuhan juga berasal-usul seperti ini. Semua jenis ini asalnya dari Australia-Irian, bertahan hidup jutaan tahun terpisah ketika tempat asalnya menjadi pulau-pulau yang secara perlahan-lahan bergeser ke arah barat menyeberangi Laut Maluku, dan akhirnya bertahan hidup melalui persaingan dengan fauna Asia di tempat lain di Sulawesi ketika pulaunya bertabrakan dengan bagian Sulawesi lainnya.
Salah satu tipe Flora yang ada di Indonesia berdasarkan pembagian garis Wallace dan garis Weber, yaitu flora bertipe Australis, karena tumbuhan flora yang ada disini memiliki ciri-ciri yang hampir sama atau bahkan sama persis dengan ciri-ciri tumbuhan yang ada di benua australia. Tumbuhan ini terdapat di Dangkalan Sahul meliputi wilayah Papua dan Maluku. Dan antara flota bertipe Australis dan peralihan dibatasi oleh garis weber.
Ø
Contoh Flora Autralis :
1.
Matoa
Matoa (Pometia pinnata) adalah tanaman
khas Papua dan menjadi flora identitas Provinsi Papua Barat. Matoa termasuk ke
dalam famili Sapindaceae. Pohon matoa dapat tumbuh tinggi dan memiliki kayu
yang cukup keras. Tinggi pohon 50 m, akar papan tingginya mencapai 5 m, daun
majemuk berseling, bersirip genap, tangkai daun panjang ± 1 m, anak daun 4 - 13
pasang bentuknya bundar memanjang dengan tepi yang bergerigi. Mahkota bunga
agak berbulu pada bagian luar, kelopak bunga agak menyatu.
Buahnya
berbentuk bulat melonjong seukuran telur puyuh atau buah pinang (keluarga
Palem) dengan panjang 1,5-5 cm dan berdiameter 1-3 cm, kulit licin berwarna
coklat kehitaman bila masak (kalau masih muda berwarna kuning kehijauan, ada
juga yang menyebut hijau-kekuningan). Kulit ari putih bening melekat pada biji,
manis dan harum.
Gambar 1.2 Pohon Matoa
|
Gambar 1.3 Buah Matoa
|
Tanaman ini mudah diperbanyak/
dikembang biakkan melalui biji, dan cara lain seperti cangkok serta okulasi.
Matoa tumbuh di daerah yang sejuk atau dengan kata lain lebih mudah tumbuh di
pada ketinggian 900 - 1700 m dpl, topografi datar atau miring, meskipun dapat
pula tumbuh di dataran rendah, dengan waktu berbunga bulan Juli - Agustus dan
berbuah pada bulan November - Februari.
Di Papua sendiri pohon matoa
sebenarnya tumbuh secara liar di hutan-hutan. Ini adalah sejenis tumbuhan
rambutan, atau dalam ilmu biologi disebut berasal dari keluarga
rambutan-rambutanan (Sapindaceae). Sedangkan jenisnya dalam bahasa latin
disebut pometia pinnata.
2. Cendana
2. Cendana
Cendana
adalah tanaman hemiparasit artinya tanaman yang membutuhkan tanaman
inang di sekitar tempat tumbuhnya.Makanan yang diambil akar tanaman
inang, akan dihisap oleh akar cendana untuk dijadikannya makanannya. Karena
prasyarat inilah cendana sukar dikembangbiakkan atau dibudidayakan
Cendana
berasal dari Asia Tenggara, menyebar luas ke Hawaii, Australia dan kepulauan di
lautan pasifik.tumbuhnya di daerah kering dan panas pada ketinggian 50 – 400
meter di atas permukaan laut. Di Indonesia cendana banyak tumbuh di Nusa
Tenggara dan Jawa Timur. Cendana termasuk tanaman langka dan berharga mahal.
Pohon
cendana tingginya antara 12 – 15 meter dengan kulit yang kasar cokelat tua.
Batang yang sudah tua berbau harum. Kayunya yang keras dan berbau harum ini
dapat digunakan untuk membuat kerajinan tangan, seperti kipas dan patung.
Cendana
berbunga sejak umur 10 tahun, dan berkembangbiak dengan biji. Setelah disemai
dan tinggi mencapai 50 cm, cendana siap dipindah untuk ditanam di kebun. Secara
natural, bijinya yang sudah masak dan jatuh ke tanah, akan tumbuh menjadi
tanaman baru di sekitar induknya.
Adapun klasifikasi cendana adalah sebagai berikut :
Kerajaan :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Santales
Famili :
Santalaceae
Genus :
Santalum
Gambar 1.4 pohon cendana
|
Spesies :
3. Eboni
Pohon Eboni(Dyospyroscelebica) dapat mencapai
tinggi 40 m, diameter 100 cm, dengan tajuk berbentuk selindris sampai kerucut,
percabangannya agak lateral dengan percabangan sangat kokoh. Sistem perakaran
sangat dalam, luas dan intensif. Kulit luar bewarna hitam dan mengelupas
kecil-keci sejalan dengan bertambahnya umur pohon. (Samingan, 1973; Tantra,
1980). Bunga berukuran kecil, buah berdaging dan merupakan makanan bagi satwa
baik burung maupun mamalia (Oka, 2001).
Gambar 1.5 pohon eboni
|
Diospyros celebica dapat tumbuh pada berbagai type tanah, mulai dari
tanah berkapur, tanah liat sampai tanah berpasir atau berbatu pada ketinggian
25 m sampai 350 m dpl (Tantra, 1980). Pada hutan alam di Sulawesi jenis ini
banyak ditemukan pada daerah yang memiliki curah hujan lebih dari 1500 mm
4. Siwalan
Siwalan (juga dikenal dengan nama pohon lontar atau tal) adalah sejenis palma yang tumbuh di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Siwalan memiliki ciri-ciri daun-daun
besar, terkumpul di ujung batang membentuk tajuk yang membulat. Helaian daun
serupa kipas bundar, berdiameter hingga 1,5 m, bercangap sampai berbagi
menjari; dengan taju anak daun selebar 5-7 cm, sisi bawahnya keputihan oleh
karena lapisan lilin. Tangkai daun mencapai panjang 1 m, dengan
pelepah yang lebar dan hitam di bagian atasnya; sisi tangkai dengan deretan
duri yang berujung dua.
Karangan bunga dalam tongkol, 20-30 cm dengan
tangkai sekitar 50 cm.[2]Buah-buah bergerombol dalam tandan,
hingga sekitar 20 butir, bulat peluru berdiameter 7-20 cm, hitam kecoklatan
kulitnya dan kuning daging buahnya bila tua. Berbiji tiga butir dengan
tempurung yang tebal dan keras.
Memiiki Klasifikasi
ilmiah sebagai berikut :
Kerajaan:
|
||
Divisi:
|
||
Kelas:
|
||
Ordo:
|
||
Famili:
|
Arecaceae (sin. Palmae)
|
|
Genus:
|
|
Gambar 1.7 Buah siwalan
|
Pohon ini terutama tumbuh di daerah-daerah kering. Di Indonesia,
siwalan terutama tumbuh di bagian timur pulau Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.Siwalan dapat hidup hingga umur 100 tahun atau lebih, dan mulai
berbuah pada usia sekitar 20 tahun.
5. Akasia
Tumbuhan Akasia (Acacia mangium) menyebar alami di
Queensland utara Australia , Papua New Guinea hingga propinsi Papua dan Maluku.
Cepat tumbuh, pohon berumur pendek (30-50 tahun), tumbuhan ini beradaptasi
terhadap tanah asam (pH 4.5-6.5) di dataran rendah tropis yang le mbab. Tidak
toleran terhadap musim dingin dan naungan. Tumbuh baik pada tanah subur yang
baik drainasenya tetapi tahan terhadap tanah yang tidak subur dan jelek
drainasenya. Pohon muda mudah terbakar. Dapat menjadi gulma pada kondisi
tertentu
Kalsifikasi ilmiah tanaman Akasia adalah
sebagai berikut :
Gambar 1.8 Tumbuhan Akasia
|
Kerajaan :
Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae (Mimosoideae)
Genus : Acacia
Spesies : Acacia mangium
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae (Mimosoideae)
Genus : Acacia
Spesies : Acacia mangium
Tanaman ini memiliki ciri-ciri pohon
selalu hijau, tinggi hingga 30 m. Bebas ca- bang dapat lebih dari setengah
tinggi pohon; kadang-kadang silindris pada batang bawah dan diameter jarang
lebih dari 50 cm. Kulit kasar dan beralur, berwarna abu-abu atau coklat.
Ranting kecil seperti sayap. Daun besar, panjangnya men- capai 25 cm, lebar
3-10 cm, hijau gelap dengan empat urat longitudinal (tiga pada A. auriculifor-
mis); daun majemuk ketika bibit. Bunga berganda, putih atau kekuningan, dalam
rangkaian yang panjangnya 10 cm, tunggal atau berpasangan di sudut daun pucuk.
6.
Nipah
Nipah
atauNypa fruticans adalah salah satu pohon anggota famili
Arecaceae (palem) yang umumnya tumbuh di di daerah rawa yang berair payau atau
daerah pasang surut di dekat pantai. Pohon nipah tumbuh di lingkungan hutan bakau.
Batang nipah menjalar di tanah membentuk rimpang yang terendam
oleh lumpur. Hanya daunnya yang muncul di atas tanah, sehingga nipah nampak
seolah-olah tak berbatang. Akarnya serabut yang panjangnya bisa mencapai
belasan meter.Dari rimpangnya tumbuh daun majemuk (seperti pada jenis palem lainnya) hingga setinggi 9 meter dengan tangkai daun sekitar
1-1,5 m. Daun nipah yang sudah muda berwarna kuning sedangkan yang tua berwarna
hijau.
Bunga nipah majemuk muncul dari ketiak daun dengan bunga betina
terkumpul di ujung membentuk bola dan bunga jantan tersusun dalam malai serupa
untai, merah, jingga atau kuning pada cabang di bawahnya. Tandan bunga inilah
yang dapat disadap untuk diambil niranya.
Buah nipah bulat telur dan gepeng dengan 2-3 rusuk, berwarna
coklat kemerahan. Panjangnya sekitar 13 cm dengan lebar 11 cm. Buah berkelompok
membentuk bola berdiameter sekitar 30 cm. Dalam satu tandan, dapat terdiri
antara 30-50 butir buah.
Memiliki Klasifikasi ilmiah sebagai
berikut:
Kerajaan :
Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas :
Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili :
Arecaceae
Genus : Nypa
Spesies : Nypa
fruticans
Gambar 1.9 Pohon Nipah
|
7. Merbau
Merbau atau ipil adalah nama sejenis pohon penghasil
kayu keras berkualitas tinggi anggota suku Fabaceae (Leguminosae). Karena
kekerasannya, di wilayah Maluku dan Papua barat kayu ini juga dinamai kayu
besi. Di Papua Nugini, kayu ini dikenal sebagai kwila.
Intsia bijuga (Leguminosae), yang dikenal dengan nama “kayu
merbau” atau “kayu besi”, merupakan salah satu spesies tumbuhan kayu yang
dicirikan oleh sifat kayunya yang keras dan tahan terhadap pelapukan yang
disebabkan oleh rayap dan jamur.
Pohon merbau, termasuk suku Caesalpiniacea. Memiliki ciri-ciri
Pohon berperawakan sedang hingga besar, dapat mencapai tinggi 50m, dengan
batang bebas cabang sekitar 20m dan gemang hingga 160(-250) cm. Dengan banir
(akar papan) yang tinggi dan tebal. Pepagan berwarna abu-abu terang atau coklat
pucat, halus dengan bintil-bintil kecil lentisel, mengelupas serupa sisik
bulat-bulat.Daun majemuk dengan 2 pasang anak daun, terkecuali daun-daun di
ujung yang hanya memiliki sepasang anak daun.
Gambar 2.1. Pohon Merbau
|
Merbau terutama dimanfaatkan kayunya, yang biasa digunakan dalam
konstruksi berat seperti balok-balok, tiang dan bantalan, di bangunan rumah
maupun jembatan. Oleh karena kekuatan, keawetan dan penampilannya yang menarik,
sekarang kayu merbau juga dimanfaatkan secara luas untuk pembuatan kusen, pintu
dan jendela, lantai parket (parquet flooring), papan-papan dan panel, mebel,
badan truk, ukiran dan lain-lain.
Bahan pewarna coklat dan kuning dapat diekstrak dari substansi
berminyak yang dikandung oleh kayu dan pepagannya. Pepagan dan daun juga
digunakan sebagai bahan obat tradisional. Pepagan yang mengelupas, ditumbuk dan
dicampur dengan buah pinang yang tua, sebagai obat untuk menghentikan murus.
Biji-bijinya dibembam dalam arang atau abu panas agar pecah kulitnya, lalu
direndam dalam air garam selama 3-4 hari, sebelum direbus dan dimakan.
8. Buah Merah (Pandanus
conoideus)
Gambar 2.1. Buah Merah
|
Buah Merah adalah sejenis buah tradisional
dari Papua. Oleh masyarakat Wamena, Papua, buah ini disebut kuansu. Nama
ilmiahnya Pandanus Conoideus Lam karena tanaman Buah Merah termasuk
tanaman keluarga pandan-pandanan dengan pohon menyerupai pandan. Buah
ini banyak terdapat di Jayapura, Manokwari, Nabire, dan Wamena. dipakai untuk
mengobati berbagai penyakit dan memperkuat daya tahan tubuh.
9. Sagu
Saguatau disebut juga Rumbia dalam bahasa ilmiah
disebut Metroxylon sago sedangkan dalam bahasa inggris disebut Sago Palm merupakan tanaman penghasil sagu. Jenis
pinang-pinangan ini tumbuh merumpun dengan akar rimpang yang panjang dan
bercabang yang menjulur di permukaan tanah. Tumbuhan ini diperkirakan berasal
dari Papua atau Maluku.
Memiliki Klasifikasi ilmiah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Metroxylon
Spesies : Metroxylon sagu
(Sinonim: Metroxylon rumphi; M.
Squarrosum)
10.BALAM SUNTAI
Nama umum
Klasifikasi Kingdom: Plantae (Tumbuhan
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Dilleniidae Ordo: Ebenales Famili: Sapotaceae Genus: Palaquium Spesies: Palaquium sumatranum Balam Suntai (Palaquium walsurifolium),balam suntai adalah salah satu jenis tanaman langka asli indonesia.tanaman langka ini memiliki kualitas kayu yang baik. kelas keawetan tanaman langka ini adalah kelas IV dan kekuatannya kelas II. maka tidaklah heran kalau tanaman langka ini banyak dicari orang. 11.BAYUR Klasifikasi Kingdom: Plantae (Tumbuhan
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Dilleniidae Ordo: Malvales Famili: Sterculiaceae Genus: Pterospermum Spesies: Pterospermum javanicum Jungh. Kerabat Dekat Bayur (Pterospermum sp). Tanaman langka indonesia ini memiliki nama daerah Balang, wadang, walang, wayu. bayur adalah jenis tanaman langka yang memiliki kualitas kayu bagus. 12.POHON ULIN
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Magnoliidae Ordo: Laurales Famili: Lauraceae Genus: Eusideroxylon Spesies: Eusideroxylon zwagerii T. et B.
Pohon Ulin (Eusiderxylon zwageri). Tanaman langka ini juga dikenal dengan
kayu besi. tanaman khas kalimantan ini memilki diameter 60-120 cm dan tinggi
20-30 m. tanaman langka ini adalah satu komoditas kayu yang paling laku
karena kualitas kayu nya
13.CENDANA Klasifikasi Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Rosidae Ordo: Santales Famili: Santalaceae Genus: Santalum Spesies: Santalum album L.Cendana (Santalum album).
Cendana atau cendana wangi,
merupakan tanaman langka penghasil kayu cendana dan minyak cendana. Kayunya
digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aroma terapi, campuran parfum,
serta sangkur keris (warangka). Cendana adalah tumbuhan parasit pada awal
kehidupannya. Kecambahnya memerlukan pohon inang untuk mendukung
pertumbuhannya, karena perakarannya sendiri tidak sanggup mendukung
kehidupannya. Karena prasyarat inilah cendana sukar dikembangbiakkan atau
dibudidayakan. Kayu cendana wangi (Santalum album) kini sangat langka dan
harganya sangat mahal. Kayu cendana dianggap sebagai obat alternatif untuk
membawa orang lebih dekat kepada Tuhan. Minyak dasar kayu cendana, yang
sangat mahal dalam bentuknya yang murni, digunakan terutama untuk penyembuhan
cara Ayurveda, dan untuk menghilangkan rasa cemas.
14.DAMAR
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Coniferophyta Kelas: Pinopsida Ordo: Pinales famili: Araucariaceae Genus: Agathis Spesies: Agathis dammara (Lamb.) Rich.
Damar, Kopal
Keruling (Agathis labillardieri). Tanaman langka ini berasal dari papua.
Damar adalah salah satu jenis pohon potensial yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi. Tanaman langka ini tingginya bisa mencapai 60 m dan dimeternya 2 m.
15.Raflesia Arnoldi
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Rosidae Ordo: Rafflesiales Famili: Rafflesiaceae Genus: Rafflesia Spesies: Rafflesia arnoldii R. Br.
Bunga Rafflesia
hidup di Tama Nasional Bengkulu, mempunyai ukuran dengan diameter bunga yang
hampir mencapai 1 meter. Bunga ini terkenal dengan sebutan bunga bangkai
karena mengeluarkan bau busuk yang menyengat. Bau busuk yang dikeluarkan oleh
bunga digunakan untuk menarik lalat yang hinggap dan membantu penyerbukan.
Raflesia Arnoldi merupakan tumbuhan parasit yang memerlukan inang untuk
hidupnya. Saat ini kondisi habitat Raflesia Arnoldi sangat memprihatinkan
sehingga jumlahnya menurun drastis dari tahun ke tahun. Menyusutnya habitat
bunga tersebut di antaranya disebabkan kegiatan manusia seperti pembukaan
wilayah hutan baik untuk kegiatan pertambangan, pertanian.
16.ENAU Klasifikasi Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas: Arecidae Ordo: Arecales Famili: Arecaceae (suku pinang-pinangan) Genus: Arenga Spesies: Arenga pinnata Merr
Enau (Arenga
pinnata). Enau atau aren (Arenga pinnata, suku Arecaceae) adalah palma yang
terpenting setelah kelapa (nyiur) karena merupakan tanaman serba guna. Palma
yang besar dan tinggi, dapat mencapai 25 m. Berdiameter hingga 65 cm, batang
pokoknya kukuh dan pada bagian atas diselimuti oleh serabut berwarna hitam
yang dikenal sebagai ijuk, injuk, juk atau duk. Ijuk sebenarnya adalah bagian
dari pelepah daun yang menyelubungi batang. Pohon enau menghasilkan banyak
hal, yang menjadikannya populer sebagai tanaman yang serbaguna, terutama
sebagai penghasil gula.
17.MIMBA Klasifikasi Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Rosidae Ordo: Sapindales Famili: Meliaceae Genus: Azadirachta Spesies: Azadirachta indica A.Juss
Mimba (Azadirachta
indica). Tanaman langka ini mempunyai nama lain Mimbo atau Mimba. Tanaman
langka ini merupakan pohon yang tinggi (Arbor) batangnya dapat mencapai 20 m
bahkan lebih. Kulit batangnya tebal, batang agak kasar, daun menyirip genap,
dan berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan runcing, sedangkan buahnya
merupakan buah batu dengan panjang 1 cm. Buah mimba dihasilkan dalam satu
sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging buahnya berwarna
kuning, biji ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya melekat
kulit buah berwarna putih. Tanaman ini bisa digunakan sebagai pestisida
nabati. Karena daun mimba mengandung senyawa-senyawa yang dapat mengendalikan
hama tanaman, diantaranya adalah sitosterol, hyperoside, nimbolide,
quercetin, quercitrin, rutin, azadirachtin, dan nimbine.
18.TEMBESU Klasifikasi Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Asteridae ordo: Gentianales Famili: Loganiaceae Genus: Fragraea Spesies: Fragraea fragrans Roxb.
Tembesu (Fagraea
fragrans) termasuk kedalam famili Loganiaceae. Daerah penyebarannya Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Jawa Barat, Maluku, dan Irian Jaya. Tempat tumbuh pada
tanah datar dan sarang atau tempat yang tidak becek, tanah liat berpasir,
dengan type curah hujan A sampai B pada ketinggian 0–500 dpl.
Tinggi pohon tembesu mencapai 40 m, dengan panjang batang bebas cabang sampai 25 m, diameter 80 cm atau lebih, dengan batang tegak dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna coklat sampai hitam, beralur dangkal dan sedikit mengelupas. Kayunya keras berwarna kuning emas tua atau coklat jingga, dan termasuk ke dalam kelas awet satu. 19.JELUTUNG
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Asteridae Ordo: Gentianales Famili: Apocynaceae Genus: Dyera Spesies: Dyera costulata Hook. f.
Jelutung atau
jelutong (Dyera costulata, syn. D. laxiflora) adalah spesies pohon dari
subfamilia oleander. Pohon ini dapat tumbuh hingga 60 meter dengan diameter
sebesar 2 meter. Pohon ini tumbuh di semenanjung Malaysia, Kalimantan,
Sumatra dan bagian selatan Thailand.
20.Kawoli (Alloxylon brachycarpum)
Alloxylon adalah
genus dari 5 spesies dari suku Proteaceae, yang kebanyakan berupa pohon-pohon
kecil. Tumbuhan ini berasal dari Papua nugini sampai Australia. Genus ini
termasuk baru dan adalah pecahan dari Oreocallis. Nama Alloxylon berasal dari
bahasa yunani kuno. Allo yang berarti lain dan xylon yang artinya kayu. Pohon
ini mirip dengan Telopea, yang masih dalam kerabat dekat dengan tanaman ini.
Menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources
(IUCN) spesies Alloxylon brachycarpum yang endemis di Indonesia dianggap
terancam hampir punah.
21. bintangur (Calophyllum insularum)
Klasifikasi
Bintangur Calophyllum
inophyllum L. Nama umum Indonesia: Bintangur, nyamplung, kapur naga, penaga,
mentangur, bunut Inggris: Indian laurel Pilipina: Palo maria Bintangur . Pokok
Bintangor tumbuh sehingga 20 meter (65 kaki). Ciri-ciri fizikalnya yang lain adalah
seperti berikut:Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Dilleniidae ordo: Theales Famili: Clusiaceae Genus: Calophyllum Spesies: Calophyllum inophyllum L.
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Rosidae Ordo: Fabales Famili: Fabaceae (suku polong-polongan) Genus: Pongamia Spesies: Pongamia pinnata (L.) Pierre Blume Nothofagus, juga dikenal sebagai beech selatan, adalah genus dari sekitar 35 spesies pohon dan semak yang berasal dari daerah oseania sejuk hingga daerah tropis belahan bumi selatan di bagian selatan Amerika Selatan (Chili, Argentina) dan Australasia (bagian timur & tenggara Australia, Tasmania, Selandia Baru, Irian and New Caledonia). Fosil baru-baru ini ditemukan di Antarktika. Tepi Daunnya bergerigi atau rata, selalu berdaun atau gugur. Buahnya berupa kacang kecil, memipih atau segitiga, terbungkus dalam kupula yang terdiri dari 2-7 kacang. Spesies Nothofagus digunakan sebagai makanan oleh larva ngengat Hepialidae dari genus Aenetus termasuk A. eximia dan A. virescens. Banyak individu sangat tua, dan pada suatu waktu dipercaya bahwa beberapa populasi tidak dapat berkembangbiak di lokasi tempat mereka tumbuh, kecuali dengan membentuk anakan (reproduksi klonal), menjadi hutan sisa dari masa yang lebih sejuk. telah ditunjukkan bahwa reproduksi seksual dapat terjadi, tetapi penyebaran di lingkungan di tempat tinggi yang sejuk dan terpencil di garis lintang temperate dan tropis konsisten dengan teori bahwa spesies ini lebih kuat pada masa yang sejuk.
23.kantong semar
Klasifikasi
Genus Nepenthes
(Kantong semar, bahasa Inggris:
Tropical pitcher plant), yang termasuk dalam familia monotipik,
terdiri dari 130 spesies dan belum termasuk hibrida alami maupun buatan.
Genus ini merupakan tumbuhan karnivora
di kawasan tropis Dunia Lama, kini meliputi negara Indonesia , Republik Rakyat Cina
bagian selatan, Indochina, Malaysia, Filipina, Madagaskar bagian barat, Seychelles, Kaledonia Baru, India, Sri Lanka, dan Australia. Habitat dengan spesies terbanyak
ialah di pulau Borneo dan Sumatra.Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Dilleniidae Ordo: Nepenthales Famili: Nepenthaceae Genus: Nepenthes Spesies: Nepenthes alata Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 15-20 m dengan cara memanjat tanaman lainnya, walaupun ada beberapa spesies yang tidak memanjat. Pada ujung daun terdapat sulur yang dapat termodifikasi membentuk kantong, yaitu alat perangkap yang digunakan untuk memakan mangsanya (misalnya serangga, pacet, anak kodok) yang masuk ke dalam. |
||