Senin, 15 April 2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tanah sebagai salah satu unsur utama dari ekosistem mempunyai peran ganda sebagai media produksi pangan dan sandang serta obat-obatan juga sebagai penyangga utama terciptanya lingkungan yang sehat serta berperan dalam menjaga keragaman biodiversity. Tanah yang merupakan tubuh alam yang dihasilkan dari berbagai proses dan faktor pementuk yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya dan dengan demikian akan memerlukan menejemen berbeda pula untuk tetap menjaga keberlanjutan fungsi-fungsi tanah tersebut.
Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumber daya alam yang berupa : tanah, air dan udara dan sumber daya alam yang lain yang termasuk ke dalam sumber daya alam yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Namun demikian, harus disadari bahwa sumber daya alam yang kita perlukan mempunyai keterbatasan di dalam banyak hal, yaitu keterbatasan tentang ketersediaan menurut kuantitas dan kualitasnya. Sumber daya alam tertentu juga mempunyai keterbatasan menurut ruang dan waktu. Oleh sebab itu, diperlukan pengelolaan sumber daya alam yang baik dan bijaksana. Antara lingkungan dan manusia saling mempunyai kaitan yang erat.

1.2  Rumusan Masalah
1.  Apa yang dimaksud dengan daratan, tanah, dan lahan ?
2.  Bagaimana pembagian daratan tersebut ?
3.  Bagaimana struktur dan klasifikasi tanah tersebut ?
4.  Bagaimana pembagian lahan berdasarkan ciri dan kemiringannya ?
5.  Apa kegunaan dari tanah dan lahan ?
6.  Apa yang menjadi permasalahan dalam pendayagunaan lahan dan tanah?
7.  Bagaimana cara mengatasi masalah dalam pendayagunaan lahan dan tanah tersebut ?
1.3  Tujuan
1.  Mengetahui pengertian daratan, tanah dan lahan.
2.  Mengetahui pembagian dari daratan secara tepat.
3.  Mengetahui struktur dan klasifikasi  tanah.
4.  Mengetahui pembagian lahan berdasarkan ciri dan kemiringannya.
5.  Mengetahui kegunaan dari tanah dan lahan.
6.  Mengetahui permasalah yang timbul dalam pendayagunaan lahan dan tanah.
7.  Mengetahui cara mengatasi masalah yang timbul dalam pendayagunaaan lahan dan tanah.



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Lahan
A. Pengertian Lahan
Lahan memiliki beberapa pengertian baik itu menurut FAO maupun menurut para ahli. Menurut Purwowidodo, “Lahan merupakan suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akan mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan.”
Definisi lain juga dikemukakan oleh Sitorus bahwa lahan merupakan suatu daerah di permukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman dan hewan, serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan sekarang, sampai pada tingkat tertentu dengan sifat-sifat tersebut mempunyai pengaruh yang berarti terhadap fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang. (FAO dalam Sitorus, 2004)

B. Pembagian Lahan
1.  Bentuk lahan asal proses volkanik (V), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas gunung api. Contoh bentuklahan ini antara lain: kerucut gunungapi, madan lava, kawah, dan kaldera.
2.  Bentuk lahan asal proses struktural (S), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan, dan kubah, merupakan contoh-contoh untuk bentuklahan asal struktural.
3.  Bentuk lahan asal fluvial (F), merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas sungai. Dataran banjir, rawa belakang, teras sungai, dan tanggul alam merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini.
4.  Bentuk lahan asal proses solusional (S), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut, seperti batu gamping dan dolomite, karst menara, karst kerucut, doline, uvala, polye, goa karst, dan logva, merupakan contoh-contoh bentuklahan ini.
5.  Bentuk lahan asal proses denudasional (D), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses degradasi seperti longsor dan erosi. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain: bukit sisa, lembah sungai, peneplain, dan lahan rusak.
6.  Bentuk lahan asal proses eolin (E), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses angin. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain: gumuk pasir barchan, parallel, parabolik, bintang, lidah, dan transversal.
7.  Bentuk lahan asal proses marine (M), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut. Contoh satuan bentuklahan ini adalah: gisik pantai (beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan beting gisik (beach ridge). Karena kebanyakan sungai dapat dikatakan bermuara ke laut, maka seringkali terjadi bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses fluvial dan proses marine. Kombinasi ini disebut proses fluvio-marine. Contoh-contoh satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses fluvio marine ini antara lain delta dan estuari.
8.  Bentuk lahan asal glasial (G), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses gerakan es (gletser). Contoh satuan bentuklahan ini antara lain lembah menggantung dan morine.
9.  Bentuk lahan asal organik (O), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme (flora dan fauna). Contoh satuan bentuklahan ini adalah mangrove dan terumbu karang.
10.     Bentuk lahan asal antropogenik (A), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Waduk, kota, dan pelabuhan, merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan hasil proses antropogenik.
Selain itu, berdasarkan kemiringannya lahan dibedakan atas :
1.    Kemiringan Lahan 0-10%
Tanah pada kemiringan lereng ini memiliki memiliki kedangkalan tanah serta gejala-gejala erosi dan lapisan top soilnya pernah mengalami pengikisan dan hanyut, diperlukan tindakan-tindakan praktis  berupa perlindungan terhadap kelembaban tanah agar produktipitaas tanah itu dapat di pertahankan dalam jangka waktu yang panjang. Tindakan-tindakanpraktis ini berupa perlindungan kelembaban tanah, dan mengusahakan pada musim hujan tanah tidak terhanyud oleh air, pengolahan tanah menurut kontur,   menggunakan sisa-sisa tanaman (pemberian mulsa) dan penambahan pupuk kandang.
2.    Kemiringan Lahan 10-25%
Pada kemiringan lereng ini sudah dapat dikatakan curam lapisan top soil sangan rentan terjadinya pengikisan akibat laju limpasan semakin besar, perlunya di adakan tindakan-tindakan seperti membuat terassering, membenamkan pupuk hijau, pupuk organis atau pun pupuk buatan ke dalam tanah, membuat larikan dimana tanaman itu akan di tanam dan mengusahakan agar drainasenya dapat berjalan sebaik mungkin.
3.    Kemiringan Lahan 25-35 %
Tanah pada kemiringan ini jika tidak terdapat vegetasi permukaaan tanah mengalami erosi hebat, rendah kandungan kelembabanya serta di pengaruhi oleh angin kencang, tetapi pada kemiringan lereng ini masih bisa ditanami tanaman produksi pertanian dengan batasan-batasan tertentu misalnya, tanaman yang tumbuhnya rapat, tanaman tahunan dan rumput-rumputan.
4.    Kemiringan Lahan lebih dari 40%
Pada kemiringan seperti ini tidak dianjurkan sebagai lahan pertanian melainkan sebagai wilayah hutan dngan di tanami pohon-pohon keras, rumput-rumputan dan semak belukar semuanya tetap dibiarkan subur  dengan hal ini erosi dari atas dapat di perkecil.

C. Penggunaan Lahan
Penggunan lahan merupakan salah satu bentuk campur tangan manusia dalam memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhan spiritual dan materilnya. Beberapa penggunaan lahan antara lain adalah :
o   Sebagai pemukiman penduduk
o   Dimanfaatkan sebagai lahan agrobisnis
o   Dimanfaatkan sebagai taman kota
o   Sebagai tempat konservasi
o   Untuk mengembangkan perekonomian

D.Lahan Kritis
Salah satu masalah pendayagunaan lahan yang sering kita jumpai akhir-akhir ini adalah lahan kritis. Persebaran lahan kritis di Indonesia pada akhir Pelita VI (awal tahun 1999/2000) cukup luas yaitu sekitar 23,2 juta ha, yang terdapat dalam kawasan hutan 8,1 juta ha dan di luar kawasan hutan 15,1 juta ha. Lahan kritis umumnya terdapat di daerah pegunungan atau di daerah aliran sungai (DAS) bagian hulu, dengan ciri utama antara lain lahan berlereng terjal, tanpa atau sedikit vegetasi penutup tanah (gundul), adanya tanda-tanda lahan telah tererosi, dan tanah berwarna merah karena lapisan atasnya telah tererosi.
Lahan kritis didefinisikan sebagai lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau diharapkan. Fungsi yang dimaksud pada  defenisi tersebut adalah fungsi produksi dan fungsi tata airnya. Fungsi produksi berkaitan dengan fungsi tanah sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan fungsi tata air berkaitan dengan fungsi tanah sebagai tempat berjangkarnya akar dan menyimpan air tanah.


a.    Parameter Lahan Kritis
Kriteria-kriteria yang menjadi parameter lahan kritis tersebut adalah sebagai berikut:

o Tutupan Lahan
Tutupan lahan merupakan faktor luar yang mempengaruhi proses yang bekerja pada permukaan tanah. Selain itu, komponen penutup lahan lainnya adalah kerapatan penutup lahan, dalam hal ini kerapatan vegetasi, baik jarak tanam maupun kerapatan tajuk daunnya sebagai penentu intensitas sinar matahari dan hujan yang sampai pada tanah
o Kemiringan Lereng
Menurut Donahue dkk (1983) bahwa penggandaan kemiringan lereng (% kemiringan) biasanya meningkatkan erosi dua kali lebih besar, dan pada lereng yang panjang dapat mencapai erosi tiga kali lipat. Lereng yang cembung erosinya lebih besar dibanding lereng yang cekung dan erosi yang semakin besar meningkatkan nilai kekritisan pada lahan (Zhiddiq, 2005)
o Erosi
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ketempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah dan bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut kemudian diendapkan pada suatu tempat lain. Pengangkutan dan pemindahan tanah tersebut terjadi oleh media alami yaitu air tanah atau angin. (Arsyad, 1989)
o Singkapan Batuan
Singkapan batuan (outocrop) merupakan batuan yang tersingkap/terungkap di atas permukaan tanah yang merupakan bagian dari batuan besar yang terpendam dalam tanah (Zhiddiq, 2005). Ciri utama lahan kritis selain gundul dan terkesan gersang akan tetapi juga ditandai dengan banyaknya muncul batu-batuan di permukaan tanah dan pada umumnya terletak di wilayah dengan topografi lahan berbukit atau berlereng curam (Angga Y. dan Ketut W., 2005).
o Produktivitas Lahan
Produktivitas lahan adalah rasio terhadap produksi komoditi umum optimal pada pengelolaan tradisional. Tingkat produksi rendah yang ditandai oleh tingginya tingkat keasaman, rendahnya unsur hara (P, K, Ca, dan Mg), rendahnya kapasitas tukar kation, kejenuhan basa dan kandungan bahan organik, serta tingginya kadar Al dan Mn yang dapat meracuni tanaman dan peka terhadap erosi. Selain itu pada umumnya lahan kritis ditandai dengan vegetasi alang-alang dan memiliki pH tanah relatif lebih rendah yaitu sekitar 4,8 hingga 5,2 karena mengalami pencucian tanah yang tinggi serta ditemukan rhizoma dalam jumlah banyak yang menjadi hambatan mekanik dalam budidaya tanaman

b.     Penyebab Lahan Kritis
Hal-hal yang menyebabkan lahan menjadi kritis antara lain adalah sebagai berikut :
§    Terjadinya longsor dan letusan gunung berapi.
§    Penebangan liar (illegal logging).
§    Kebakaran hutan.
§    Pemanfaatan sumber daya hutan yang tidak berasaskan kelestarian.
§    Penataan zonasi kawasan belum berjalan.
§    Pola pengelolaan lahan tidak konservatif.
§    Pengalihan status lahan (berbagai kepentingan)

c.     Penanganan Lahan Kritis
Lahan kritis merupakan masalah pendayagunaan lahan yang apabila dibiarkan terus-menerus akan mengakibatkan masalah yang lebih besar lagi, salah satu diantaranya adalah banjir yang disebabkan kurangnya ruang terbuka hijau untuk penyerapan air, serta tata ruang kota yang kurang baik. Untuk itu lahan kritis ini perlu segera ditangani. Berbagai cara penanganan lahan kritis yang bias dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut:



o   Konservasi
Konservasi tanah sebagaimana yang dikemukakan oleh Arsyad (1989:29) merupakan penempatans setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah”. Usaha konservasi sendiri memiliki tiga metode, yaitu:
·         Metode Fisik-Mekanik
Metode ini menitikberatkan pada usaha pengendalian erosi berupa pengawetan tanah untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan pertanian dengan cara mekanis.
·         Metode Kimiawi
Metode ini dilakukan secara kimiawi denagn bahan-bahan kimia tertentu yang dapat memperbaiki stabilitas agregat terhadap air secara efektif.
·         Metode Biologis
Metode ini dilakukan dengan penanaman berbagai jenis tanaman sebagai penahan tanah terhadap daya tumbukan butir-butir air hujan, melindungi tanah terhadap daya perusak aliran air di atas permukaan dan memperbaiki penyerapan air oleh tanaman. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain adalah tanaman majemuk (Multiple Cropping), pergiliran tanaman (Crop Rotation), tumpang sari (Intercopping), dan mulsa.

o   Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu usaha pembenahan yang ditunjukkan kepada lahan yang telah rusak agar dapat dipergunakan kembali. Salah satu contoh kegiatan rehabilitasi adalah reboisasi



2.2 Daratan
A. Pengertian Daratan
Daratan adalah bagian dari permukaan bumi yang tidak digenangi air. Wilayah yang termasuk daratan meliputi pegunungan, perbukitan, dataran, dan lembah. Bumi banyak mengandung air. Permukaan daratan pun ada yang tergenang air dan ada yang kering. Bagian daratan yang kering adalah padang pasir, dataran rendah, dataran tinggi, dan pegunungan. Bagian daratan yang tergenang air, misalnya rawa, danau, dan sungai.

B. Pembagian Daratan
Daratan dibagi menjadi beberapa wilayah sebagai berikut:
o   Gunung
Gunung adalah bagian tanah yang paling tinggi, bentuknya menyerupai kerucut. Gunung terdiri atas puncak yang dibatasi oleh lereng. Lereng adalah sisi yang landai atau miring. Gunung-gunung terbentuk dalam waktu jutaan tahun.
o   Pegunungan
Pegunungan adalah rangkaian gunung yang bersambung. Daerah yang tinggi tidak selalu berupa pegunungan. Daerah yang lebih rendah daripada gunung disebut bukit. Daerah yang banyak bukitnya disebut perbukitan.
o   Dataran
Dataran ialah daratan yang perbedaan ketinggian antara satu daerah dan daerah lainnya hampir tidak ada. Dataran ada dua, yaitu dataran tinggi dan dataran rendah. Dataran tinggi adalah dataran yang terdapat di daerah pegunungan. Ketinggiannya dari 500 meter sampai 1.500 meter di atas permukaan laut. Misalnya, daerah Dieng, Bukittinggi, dan kota Bandung. Dataran rendah adalah dataran yang terdapat di daerah pantai. Ketinggiannya dari 0 sampai 500 meter di atas permukaan laut. Misalnya, dataran rendah pantai utara Jawa dan dataran rendah pantai timur Sumatra.

o   Lembah, Jurang, dan Ngarai
Lembah adalah daratan yang rendah di antara bukit-bukit. Lembah, biasanya, dialiri sungai. Contohnya, lembah Karmel di Jawa Barat dan lembah Kuyawagi di Papua. Lembah yang dalam, sempit, dan memiliki dinding yang curam disebut jurang. Adapun ngarai adalah lembah yang dalam dan luas di antara dua dindingnya. Contohnya, ngarai Sianok di Sumatra Barat dan ngarai Kalipanur di Jawa Tengah.
Bagian-bagian Daratan:
1.      Dataran Tinggi
2.      Jurang
3.      Ngarai
4.      Lembah
5.      Sungai
6.      Danau
7.      Datarn Rendah
8.      Pegunungan
9.      Bukit
 

2.3   Tanah
A. Pengertian Tanah
Tanah adalah salah satu bagian bumi yang  terdapat pada permukaan bumi dan terdiri dari masa massa padat, cair dan gas. Tanah berasal dari hasil pelapukan bebatuan dan tumbuhan  yang prosesnya memakan waktu berpuluh-puluh bahkan ratusan tahun.Proses pembentukannya dipengaruhi oleh iklim, bentuk muka bumi, tumbuhan, hewan, manusia, serta waktu. Secara umum, susunan tanah (bahan induk mineral terdiri dari 50%  padatan, (45% mineral, 5% bahan organik ), 25% air dan 25% udara.



B. Struktur Tanah
Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel pasir dan debu dipegang bersama pada agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium.
o   Struktur tanah berbutir (granular)
Agregat yang membulat, biasanya diameternya tidak lebih dari 2 cm. Umumnya terdapat pada horizon A yang dalam keadaan lepas disebut “Crumbs” atau Spherical.

o   Kubus (Bloky)
Berbentuk jika sumber horizontal sama dengan sumbu vertikal. Jika sudutnya tajam disebut kubus (angular blocky) dan jika sudutnya membulat maka disebut kubus membulat (sub angular blocky). Ukuranya dapat mencapai 10 cm.
o   Lempeng (platy)
Bentuknya sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu vertikalnya. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi (deposited).
o   Prisma
Bentuknya jika sumbu vertikal lebih panjang dari pada sumbu horizontal. Jadi agregat terarah pada sumbu vertikal. Seringkali mempunyai 6 sisi dan diameternya mencapai 16 cm. Banyak terdapat pada horizon B tanah berliat. Jika bentuk puncaknya datar disebut prismatik dan membulat disebut kolumner.

C. Klasifikasi Tanah
o   Tanah Humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
o   Tanah Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
o   Tanah Alluvial  atau  Tanah Endapan
Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.
o   Tanah Podzolit
Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.
o   Tanah Vulkanik atau Tanah Gunung Berapi
Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.
o   Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung.
o   Tanah Mediteran atau Tanah Kapur
Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
o   Tanah Gambut  atau Tanah Organosol
Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : Rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera.



D.Pemanfaatan Tanah
Tanah mempunyai banyak sekali manfaat, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
o   Sumber pangan, sandang dan papan penghuni rumah
o   Sumber plasma nutfah dan ragam jenis biologi
o   Lingkungan hidup bagi berbagai jenis satwa
o   Pengendali iklim sekitar rumah dan tempat untuk kenyamanan,
o   Penyerap karbondioksida dan penghasil oksigen
o   Tempat resapan air hujan dan air limbah keluarga
o   Produksi Biomassa: Tempat tumbuhhan dan berkembangnya perakaran, sumber hara, serta zat pendukung tumbuhan
o   Penyaringan, penyangga, dan pengubah antara atmosfer, air tanah, serta akar tanaman
o   Habitat biologi dan konservasi genetik
o   Ruang infrastruktur teknik, industri, sosial ekonomi, dan pembangunannya
o   Sumber daya energi, material dasar, pertambangan, dan air
o   Sumber keindahan dan warisan budaya
o    
E.   Erosi Tanah
Salah satu bentuk permasalahan tanah yang sering kita temui akhir-akhir ini adalah erosi. Erosi tanah adalah proses pelepasan atau pelapukan partikel-partikel tanah oleh berbagai penyebab. Erosi menyebabkan tanah menjadi tandus sehingga tidak dapat ditanami. Proses erosi berpotensi dipercepat oleh campur tangan manusia. Erosi yang amat parah membuat tanah tidak produktif sehingga tidak ada vegetasi yang bisa tumbuh. Tidak adanya vegetasi akan memicu kekeringan dan curah hujan rendah. Secara keseluruhan, siklus alam akan terganggu akibat terjadinya erosi.

a.  Penyebab Erosi Tanah
o   Kecepatan aliran sungai yang tinggi merupakan salah satu penyebab utama erosi di lembah sungai dan daerah pesisir.
o   Tanah yag dilalui aliran sungai atau termasuk area banjir sungai menjadi terkikis. Sedimen ini kemudian ikut terbawa aliran sungai hingga ke hilir.
o   Angin merupakan agen penyebab erosi di padang pasir dan lahan kering. Angin memiliki kemampuan mengikis batu, tanah, dll dan memindahkannya ke zona yang berbeda.
o   Erosi tanah juga dapat disebabkan oleh gletser dan es. Partikel tanah bisa terkikis bersama dengan pergerakan gletser. Jenis erosi ini biasanya terjadi di wilayah yang tertutup es atau di dataran tinggi.
o   Faktor lain yang mempengaruhi erosi tanah adalah suhu, kecepatan angin, dan tingkat curah hujan di wilayah tertentu.

b.   Dampak Erosi Tanah
Erosi tanah menyebabkan pengembangan struktur topologi baru karena pengendapan partikel tanah. Tanah yang tererosi akan mengakibatkan penurunan produktivitas dan kesuburan tanah. Akibat erosi, kadar air dan kandungan berbagai mineral dan nutrisi tanah akan sangat berkurang. Pada akhirnya, lahan yang tandus dan tidak adanya curah hujan akibat erosi yang parah menyebabkan kekeringan.

c.   Penanganan Erosi Tanah
Secara umum penanganan erosi tanah sama dengan penanganan lahan kritis karena umumnya penyebab lahan kritis adalah erosi tanah, diantaranya:
o   Konservasi tanah secara fisik, kimiawi, dan biologis. Misalnya dengan terasering, penanaman contour, penanaman dalam jalur (strip cropping).
o   Penggunaan pupuk organik dan penanaman dengan rotasi.
Penghutanan kembali.
o   Pengurangan penggaraman dan penggenangan (water logging).
o   Evaluasi tata guna lahan.


























BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lahan merupakan suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akan mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan. Jika kita membicarakan lahan maka kita tidak akan terlepas dari daratan dan tanah, karena sesungguhnya lahan, daratan, dan tanah merupakan suatu kesatuan.          Daratan diartikan sebagai dari permukaan bumi yang tidak digenangi air, sedangkan tanah merupakan salah satu bagian bumi yang  terdapat pada permukaan bumi dan terdiri dari masa massa padat, cair dan gas.
Lahan berfungsi sebagai pemukiman penduduk, pertanian, taman kota, tempat konservasi, pengembangkan perekonomian, dan lain sebagainya. Sedangkan tanah berfungsi sebagai  produksi biomassa, habitat biologi dan konservasi genetik ruang infrastruktur teknik, industri, sosial ekonomi, dan pembangunannya , tempat resapan air hujan dan air limbah keluarga, dan masih banyak lagi.
Struktur tanah ada yang berbutir (granular), kubus (Bloky), lempeng (platy), dan prisma. Sedangkan jenis-jenis tanah ada yang berupa tanah humus, tanah pasir, tanah alluvial, tanah podzolit, tanah vulkanik, tanah mediteran, dan tanah gambut.
Daratan yang sangat luas ini berdasarkan bentuk kenampakannya dikelompokkan menjadi gunung, pegunungan, dataran, lembah, jurang, dan ngarai. Sedangkan pengelompokan lahan didasarkan pada ciri yang meliputi bentuk lahan asal proses volkanik (V), struktural (S), fluvial (F), solusional (S), denudasional (D), eolin (E), marine (M), glasial (G), organik (O), dan antropogenik (A) . Selain itu pengelompokkan lahan juga berdasarkan kemiringan yang meliputi kemiringan lahan 0-10%, 10-25%, 25-35 % dan lebih besar  dari 40%.
Permasalahan lahan yang sedang marak saat ini yaitu lahan kritis, yaitu lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau diharapkan. Umumnya penyebab lahan kritis adalah erosi tanah yang juga merupakan masalah pemanfaatan tanah. Banyak cara yang sudah dan masih bias terus digunakan untuk meminimalisir masalah pendayagunaan tanah dan lahan tersebut, mulai dari pencegahan atau konservasi seperti penanaman berbagai jenis tanaman, dan usaha-usaha pengembalian kembali fungsi lahan dan tanah seperti sedia kala atau rehabilitasi.

3.2 Saran
Mengingat bahwa lahan, daratan, dan tanah merupakan salah satu pendukung utama ekosistem kita, dengan memeberikan manfaat yang sangat besar bagi semua makhluk hidup, maka hendaknya lahan, tanah, dan daratan mampu dijaga kelestariannya. Kita manusia bukan hanya sebagai pengguna sumber daya yang tersedia, namun kita juga dituntut untuk menjadi pembina lingkungan yang mampu menjaga kelestarian dan keseimbangan alam demi keberlangsungan hidup semua makhluk hidup di muka bumi ini.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar